Senin 06 Nov 2017 04:39 WIB

Sprint dan T-Mobile Gagal Merger

Rep: fuji pratiwi/ Red: Budi Raharjo
T-Mobile. Ilustrasi
Foto: Ubergizmo
T-Mobile. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,SAN FRANCISCO -- Dua perusahaan telekomunikasi AS Sprint Corp dan T-Mobile US Inc akhirnya batal menggabungkan bisnis mereka (merger). Dengan beban yang dipikul, Sprint harus mencari mitra strategis lain untuk mempertahankan bisnis mereka.

Pengumuman ini muncul setelah kedua pihak bernegosiasi selama berbulan-bulan. Selain juga karena induk keduanya yakni SoftBank Group Corp yang merupakan induk Spint dan Deutsche Telekom AG induk T-Mobile enggan ikut campur terlalu jauh dalam bisnis anak usaha mereka.

Gabungan bisnis penyedia jasa telekomunikasi nirkabel terbesar ke tiga dan ke empat di AS itu sendiri dapat mencapai 130 juta dolar AS. Di sisi lain, gagalnya mega merger ini diprediksi akan membuat tarif layanan komunikasi di AS tetap murah karena empat perusahaan telko di AS bersaing diskon bagi konsumennya.

Guru Besar Ross School of Business University of Michigan Erik Gordon mengatakan, Gagalnya penggabungan dua perusahaan ini lebih bagus bagi konsumen. ''Karena Sprint dan T-Mobile akan akan bersainga ketat mendapatkan konsumen. Di sisi lain, konsumen makin ketat dengan pengeluarannya,'' kata Gordon seperti dikutip Reuters Ahad (5/11).

Pengumuman bersama yang dibuat Sprint dan T-Mobile sebenarnya mengindikasikan kemungkinan usaha bersama masih terbuka. Keduanya mengatakan batalnya upaya menggabungkan kedua perusahaan disebabkan karena tidak tercapainya kesepakatan.

CEO T-Mobile John Legere menyatakan, kesepakatan dengan Sprint memang gagal. ''Namun kami terbuka dengan siapa saja yang mau ikut membesarkan nilai T-Mobile dalam jangka pancang mengingat performa dan rekam jejak kami selama ini,'' ungkap Legere dalam pernyataan resminya.

CEO Sprint Marcelo Claure mengatakan, meski kedua perusahaan tidak mencapai kesepakatan, keduanya tetap melihat efek lebih baik dari sebuah penggabungan usaha. ''Kami sudah melakukan yang terbaik termasuk melibatkan aset kami. Tujuan semua ini tidak lain untuk membantu Sprint terus tumbuh,'' ungkap Claure.

Pembicaraan penggabungan bisnis kedua perusahaan ini bukan yang pertama. Pada 2014 lalu, induk dari Sprint dan T-Mobile juga sempat mengumumkan rencana mengawinkan bisnis kedua anak usaha mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement