Senin 06 Nov 2017 16:22 WIB

Jokowi Ingatkan Petani tak Jual Jagung dengan Harga Mahal

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kagum dengan perkembangan produksi jagung lokal. Jumlah produksi yang terus meningkat membuat Indonesia lepas dari jerat impor.

Jokowi menuturkan, pada 2015 banyak petani jagung di Donpu, Nusa Tenggara Barat, yang mengadu kepadanya karena harga beli jagung dari petani sangat rendah. Melihat hal ini, dia kemudian mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) terkait harga beli jagung dari petani dengan harga minimal Rp 2.700 per kilogram (kg).

Bahkan impor jagung yang sempat mencapai 3,6 ton kemudian dihentikan guna meningkatkan penghasilan petani."Kita juga menstop impor jagung, sehingga harga jagung langsung naik Rp 3500-4.000 per kg," kata Jokowi ketika berbincang dengan petani di Desa Dungus, Kabupaten Madiun, Senin (6/11).

Menurut Jokowi, dengan harga jagung yang lebih baik saat ini semakin banyak petani yang mau menanam jagung. Ketika harga kembali jatuh di angka Rp 1.500 maka tidak akan banyak eyani yang mau menanam jagung. Hal tersebut yang membuat pemerintah mematok harga jagung di tingkat petani Rp 2.700 per kg.

Meski demikian, Jokowi meminta agar petani juga tidak menjual jagung hasil produksi terlampau tinggi. Sebab jagung yang dihasilkan lebih banyak digunakan sebagai pakan ternak. Jagung juga dibutuhkan untuk keperluan produksi lainnya.

Jika harga jagung terlalu tinggi maka bisa jadi peternak marah kepada pemerintah. Untuk itu petani dan pemerintah tetap harus bekerjasama menjaga harga jagung tetap stabil, tapi menguntungkan bagi semua pihak.

"Kalau harganya (jagung) hingga Rp 7.000 nanti yang dimarahin saya lagi. Petaninya senang, peternanya ngamuk ke saya," ujar Jokowi.

Salah satu petani di Desa Dungus, Basuki mengatakan bahwa dia sekarang lebih banyak menanam jagung pada lahan yang dipinjamkan pemerintah. Dengan harga jual yang tinggi maka banyak petani yang memiliki bercocok tanam jagung.

"Bibitnya sekarang murah. Satu kali panen kita bisa dapat Rp 20 juta," kata Basuki.

Meski demikian Basuki tidak selalu menanam jagung. Setengah hektare lahan yang dimiliki juga sering ditanam tanaman lain untuk mengganti jagung pasca panen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement