REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump meminta tambahan dana sebesar empat miliar dolar AS ke Kongres, untuk mendukung sistem pertahanan rudal. Permintaan ini merupakan bagian dari upaya Trump untuk melawan ancaman Korea Utara (Korut).
"Permintaan ini akan mendukung upaya tambahan untuk mendeteksi dan mengalahkan rudal balistik Korea Utara terhadap Amerika Serikat, juga pasukan, sekutu, dan mitranya," tulis Trump kepada Kongres.
Dia mengajukan permintaan ini saat melakukan perjalanan pertamanya ke Asia sebagai presiden. Pertemuan dengan mitra regionalnya di Asia sebagian besar berfokus pada bagaimana cara menangani program rudal balistik dan nuklir Korut.
Trump pada awalnya meminta 9,9 miliar dolar AS untuk tahun fiskal yang berakhir pada 30 September 2018, untuk pertahanan rudal. Beberapa anggota parlemen mengatakan terlalu rendah.
Permintaan Trump termasuk 700 ribu dolar AS untuk memperbaiki kerusakan pada kapal Angkatan Laut setelah benturan fatal baru-baru ini. Selain itu sebanyak 1,2 miliar dolar AS akan digunakan untuk meningkatkan jumlah pasukan di Afghanistan dan pasukan di Asia Selatan sebanyak 3.500 tentara.
Ketua Komite Bersenjata Senat, Senator John McCain mengatakan dia telah menyambut baik permintaan Trump. Ia berharap dapat segera memberikan pertimbangan serius yang pantas dilakukan.
Anggota komite tersebut sedang mengerjakan versi final National Defense Authorization Act (NDAA), yang menetapkan kebijakan untuk Pentagon. Jika UU itu selesai, dana tambahan dapat dipertimbangkan apakah akan dimasukkan ke dalam kesepakatan akhir.
"Permintaan ini juga menggarisbawahi ancaman yang ditimbulkan oleh rezim Korea Utara dan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kemampuan pertahanan rudal kita," kata McCain.
Sebesar 2,1 miliar dolar AS dana tambahan akan difokuskan pada pertahanan rudal. AS dapat membuat 20 rudal lagi yang bisa mencegat rudal balistik antarbenua (ICBM), yang diluncurkan Korut, serta membangun pertahanan rudal dan peralatan lainnya dirancang untuk melindungi AS.
Boeing Co adalah kontraktor utama untuk pertahanan antirudal balistik, yang dikenal sebagai Ground-Based Interceptors. Sementara, Raytheon Co bertugas untuk membuat kendaraan 'pembunuh' rudal tersebut, yang mencari dan menghancurkan hulu ledak rudal.
Dana juga akan digunakan untuk membuat 50 sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), yang dioperasikan Lockheed Martin Corp. AS telah memasang THAAD di Guam untuk menjaga serangan rudal balistik jarak menengah dari Korut.