REPUBLIKA.CO.ID, MARSEILLE -- Legenda sepak bola Prancis Marcel Desailly berharap karier Patrice Evra tidak berakhir akibat tindakan 'tendangan kungfu' yang dilakukan pekan lalu. Menurut Desailly, sangat disayangkan jika pemain sekaliber Evra harus menutup perjalanan kariernya karena hukuman akibat tindakan kekerasan.
Anggota skuat timnas Prancis saat menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 ini mengatakan, Evra tentu punya alasan kuat mengapa sampai berbuat di luar batasan. Dessaily berharap, pemain Marseille itu menyampaikan maaf sehingga permasalahan yang ada tidak merugikannya.
"Semua orang memang seharusnya bisa menjaga emosi mereka. Tentu Evra punya alasan sendiri. Tapi saya sangat sedih karena dia memiliki karier yang hebat dan saya tidak ingin dia menyelesaikan kariernya seperti ini," kata Desailly dikutip dari ESPN, Selasa (7/11).
Sosok kelahiran Ghana ini mengatakan, semua orang berhak menghakimi sikap Evra. Menurutnya, Evra memang harus memaklumi tindakan para fan yang kadang bertindak gila.
"Pemain harusnya menjadi teladan. Tapi fan juga seharusnya hanya membicarakan sepak bola, bukan di luar itu. Sekarang mari kita menyerahkannya ke Federasi Sepak Bola Prancis dan akhirnya UEFA memutuskan apa masalahnya," kata Desailly.
Departemen Kedisiplinan UEFA dikabarkan sedang mempelajari insiden 'tendangan kungfu' yang dilakukan Evra sesaat sebelum laga kontra Vitoria SC digelar, Jumat (3/11) lalu. Menurut laporan yang dibuat oleh sejumlah media terkemuka Eropa, aksi Evra yang menendang wajah fan Marseille bisa dijatuhi hukuman sangat berat.
"Dengan kartu merah yang diterima Evra dari wasit, mantan bintang Manchester United (MU) itu akan dihadapkan pada larangan empat pertandingan," tulis media asal Inggris, Express Jumat lalu.
Larangan ini berlaku bagi Evra di semua ajang yang diikuti Marseille di kancah internasional. Selain itu, bila berkaca dari hukuman yang diberikan kepada legenda Manchester United (MU) asal Prancis, Eric Cantona, ketika melakukan hal serupa dua dekade silam, Evra juga terancam tambahan delapan bulan larangan berlaga.
Bukan cuma sanksi larangan berlaga, saat Cantona melakukan hal serupa kepada fan Crystal Palace ketika masih memperkuat MU, hukuman berupa denda juga diberikan. Kala itu, Cantona dihukum oleh klubnya sendiri untuk membayar 20 ribu pound. Selain itu, Federasi Sepak bola Inggris (FA) juga memberikan denda 10 ribu pound.
Dengan nilai uang yang terus naik dalam 22 tahun terakhir, bukan tak mungkin Evra akan dijatuhi denda yang jauh lebih besar. Tak hanya dari dunia sepak bola, Evra juga terancam akan mendapat sanksi dari sisi hukum.
Kembali bercermin dari peristiwa yang dialami Cantona, saat itu sang legenda Iblis Merah juga sempat mendapat tuntutan penjara. Hanya saja, Cantona lolos dan cuma harus menjalani pekerjaan sosial selama 120 jam.
Namun, tetap saja kal itu energi Cantona harus terkuras karena bolak-balik menghadapi persidangan dan sempat pula merasakan dinginnya ruang jeruji besi sebagai tempat menunggu jalannya sidang. Andai segenap sanksi yang diberikan kepada Cantona juga menimpa Evra, bukan tak mungkin karier pemain yang kini sudah berusia 36 tahun itu akan langsung berakhir ketika putusan diberikan.
Penyelidikan terbaru menyebutkan Evra terpancing emosinya karena mendapat provokasi dari fan Marseille yang ikut ke markas Vitoria di Portugal. Para suporter sebenarnya meneriaki seluruh pemain Marseille yang dianggap tak berprestasi sejak memulai musim 2017/2018 tiga bulan lalu. Evra juga menjadi sasaran karena dinilai lebih sering sibuk eksis di media sosial ketimbang membantu Marseille meraih prestasi di lapangan.