REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengaku tidak akan melanjutkan masa jabatannya di periode ketiga. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, ia mengatakan tidak memiliki keinginan untuk mengubah konstitusi yang membatasi masa jabatan kepresidenan hanya dua periode.
"Tidak sesuai dengan saya sebagai presiden untuk tinggal satu periode lagi, dan melawan kehendak orang-orang Mesir. Kami tidak akan ikut campur terhadap konstitusi. Saya menghormati aturan dua masa jabatan empat tahun," ujar Sisi, dikutip Al-Arabiya.
Namun, Sisi tidak memastikan apakah dia berniat mencalonkan diri untuk kursi kepresidenan di periode kedua saat masa jabatannya berakhir. Sisi berkuasa pada 2014, setahun setelah militer pimpinannya berhasil menggulingkan mantan Presiden Muhammad Mursi.
Kelompok hak asasi mengatakan Sisi telah melakukan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap lawan politik, aktivis, dan media yang kritis.
Dia tidak akan menghadapi oposisi yang kuat, terlebih banyak pihak di Mesir yang melihat posisinya sangat penting untuk stabilitas negara. Kerusuhan di Mesir sejak 2011 diketahui telah menghancurkan ekonomi negara tersebut.
Pengacara hak asasi manusia sekaligus pemimpin oposisi pemerintah Mesir, Khaled Ali, pada Senin (6/11), menjadi orang pertama yang mengumumkan upaya untuk melawan Sisi. Ia berjanji akan menantangnya dalam pemilihan presiden 2018, asalkan dia tidak dilarang mengikuti pemilihan tersebut.
Pria berusia 45 tahun itu semakin populer saat dia memenangkan kasus yang mengagalkan transfer dua pulau di Laut Merah ke Arab Saudi pada Januari lalu. Kasus tersebut telah memprovokasi demonstrasi massa.