Selasa 07 Nov 2017 15:13 WIB

Tentara Kamboja Belajar Bahasa Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilustrasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh secara khusus memberikan program pengajaran Bahasa Indonesia kepada 19 tentara Kamboja. Pengajara ini merupakan bagian dari program untuk mendukung pelaksanaan kerja sama bidang pertahanan kedua negara.

Menurut Atase Pertahanan KBRI Phnom Penh Kolonel (Infantri) Sunaryo melalui siaran pers yang diterima Selasa, program pengajaran Bahasa Indonesia merupakan kerja sama tahunan yang dilaksanakan secara berkelanjutan. Ini adalah bentuk kerja sama berupa pemberian bantuan kepada Angkatan Darat Kamboja untuk mengikuti pelatihan, kursus dan pendidikan di Indonesia.

Pengajaran Bahasa Indonesia yang merupakan bagian dari Kerja Sama Bidang Pertahanan antara TNI AD dan Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja atau Army to Army Talks (ATAT) tersebut berlangsung selama empat bulan dan dimulai pada 2 Oktober lalu.

Dalam periode 2015 hingga 2017, Angkatan Darat Kamboja dalam tiga tahun terakhir telah mengirimkan 51 orang peserta untuk mengikuti kursus, latihan dan pendidikan di TNI AD.

Kelas Bahasa Indonesia tersebut dilaksanakan setiap Senin-Rabu-Jumat dengan frekuensi sembilan jam seminggu dengan staf pengajar Roland Uly Uju, Faradinna Arifiani dan Dian Kusumawardhani yang ditugaskan oleh Pusat Pengembangan dan Strategi Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Sebelumnya, pada 29 September-5 Desember 2014 juga telah diselenggarakan program yang sama dan diikuti 20 peserta untuk melengkapi kemampuan dasar berbahasa Indonesia tentara Kamboja yang akan dikirim ke Indonesia untuk belajar keterampilan khusus militer.

Melalui program pengajaran Bahasa Indonesia ini, diharapkan proses pelatihan militer tentara Kamboja yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia dapat berjalan efektif dan efisien serta bermanfaat nyata bagi kedua belah pihak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement