REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden AS Donald Trump memuji para pemimpin Arab Saudi atas pembentukan komite antikorupsi yang telah menahan 11 pangeran, sejumlah mantan menteri serta empat menteri.
Pembersihan dan penahanan, yang dimulai pada Sabtu pekan lalu secara luas dilihat sebagai upaya putra mahkota Muhammad bin Salman untuk menegaskan pengaruhnya di negara Arab Saudi.
"Saya sangat percaya diri pada Raja Salman dan Putra Mahkota Arab Saudi, mereka tahu persis apa yang mereka lakukan," kata Trump di Twitter pada Senin (6/11).
Kicauan Trump di Twitter muncul beberapa hari setelah Trump mendesak Arab Saudi untuk mencantumkan saham raksasa minyak milik negara Aramco di Amerika Serikat.
"Saya ingin mereka mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh New York Stock Exchange (NYSE) atau NASDAQ, atau terus terang siapa pun yang berada di negara ini," kata Trump saat terbang ke ibu kota Jepang, Tokyo, dilansir Aljazirah.
Pada Mei, Riyadh adalah tujuan pertama Trump sejak kunjungan pada Januari, sebuah langkah yang dilihat oleh para analis sebagai sinyal bahwa pemerintahannya mengakui kerajaan tersebut sebagai mitra strategis AS yang penting.
Pada Ahad, Gedung Putih mengatakan Trump berbicara dengan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud dan berterima kasih kepadanya untuk pembelian militer"dan meminta Raja untuk mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh" daftar Aramco di bursa saham AS.
Sementara itu, penasihat hukum Trump dan penasihat politik, Jared Kushner, baru saja kembali ke AS dari sebuah perjalanan ke Arab Saudi, di mana dia bertemu dengan pejabat Arab Saudi. Washington mengatakan kunjungannya dimaksudkan untuk mendukung upaya perdamaian Israel-Palestina.
Pangeran Alwaleed bin Talal, pengusaha miliarder yang memiliki firma investasi Kingdom Holding, termasuk di antara mereka yang ditahan akhir pekan lalu. Nasser bin Aqeel al-Tayyar, anggota dewan perusahaan perjalanan terbesar Arab Saudi, juga dilaporkan masuk dalam daftar yang ikut ditahan.
Para menteri senior yang dipecat termasuk Pangeran Miteb bin Abdullah, kepala Garda Nasional, dan Adel Faqih, menteri ekonomi. Pihak berwenang Saudi juga dilaporkan membekukan rekening bank dari orang-orang yang ditahan dan menyusun daftar larangan terbang.
Perombakan Saudi terjadi beberapa bulan setelah Raja Salman mengganti keponakannya, Mohammed bin Nayef, dengan anaknya sebagai putra mahkota kerajaan.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement