Rabu 08 Nov 2017 01:31 WIB

Agenda Perubahan Iklim di Bonn Tetap Berjalan tanpa Trump

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Balai Kota Paris disinari lampu hijau bentuk ketidaksetujuan Paris atas keputusan Presiden AS menarik diri dari Kesepakatan Perubahan Iklim Paris.
Foto: EPA
Balai Kota Paris disinari lampu hijau bentuk ketidaksetujuan Paris atas keputusan Presiden AS menarik diri dari Kesepakatan Perubahan Iklim Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, BONN -- Agenda perubahan iklim di Bonn, Jerman tetap berjalan tanpa kehadiran Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Meski begitu, pertemuan ini tetap akan fokus menyusun langkah menahan kenaikan suhu global sebelum 2020.

Kepala Program Perubahan Iklim PBB Patricia Espinosa mengatakan, dasar-dasar kehidupan bumi terancam akibat kenaikan suhu. ''Pesannya amat jelas. Kita harus berbuat sesuatu, di sini dan saat ini juga,'' kata Espinosa dalam pertemuan tahunan Konferensi Bersama di bawah kerangka Konvensi Perubahan Iklim PBB (COP23-UNFCCC), seperti dikutip Reuters, Senin (6/11) lalu.

Kepala Organisasi Metereologi Dunia PBB (WMO) Petteri Talaas mengatakan, salah satu pemicu pemanasan global jangka panjang adalah gas rumah kaca hasil pembakaran bahan bakar fosil. Badai di Atlantik dan Karibia juga banjir akibat muson di Asia dan kekeringan di Afrika merupakan bukti anomali cuaca.

Presiden AS Donald Trump yang ragu dengan temuan ilmiah penyebab perubahan iklim adalah efek rumah kaca dan akivitas manusia, memutuskan AS keluar dari Kesepakatan Paris. Ia tetap mendorong penggunaan bahan bakar fosil di AS.

Dalam daftar delegasi PBB, perwakilan AS dalam COP23 sebanyak 48 orang, lebih sedikit dibanding dua pertemuan COP sebelumnya. Sebagian besar mereka adalah para pakar teknis.

Secara formal, AS menarik diri dari konvensi perubahan iklim hingga 2020 dan para delegasi menyebut ketidapastian sejauh mana Washington akan mengimbangi kebijakan pro-bahan bakar fosil dengan tujuan berbagai program perubahan iklim masih tinggi.

Kepala Negosiator Fiji Nazhat Shameem Khan mengatakan, sebelum pertemuan di Bonn digelar, para delegasi AS masih memberi sinyal keinginan untuk membangun hubungan konstruktif. Sementara beberapa negara berkembang seperti Iran menyebut negara-negara kaya tidak cukup berbuat sesuatu untuk mengurangi emisi 2020.

Kesepakatan Paris menentapkan tujuan bersama untuk mengakhiri era bahan bakar fosil pada abad ini dan membatasi penggunaannya agar kenaikan suhu bumi tetap di bawah dua derajat Celcius meskipun batas idealnya adalah 1,5 derajat Celcius. PBB mengatakan upaya dunia menahan kenaikan suhu di batas tiga derajat Celcius pada 2100 masih dalam jalur yang tepat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement