REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah mengatakan intensitas serangan udara di wilayah Irak dan Suriah telah menurun sebanyak lebih dari 50 persen dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu tepatnya setelah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kehilangan sebagian besar wilayahnya di kedua negara tersebut.
Pasukan koalisi juga menurunkan jumlah senjata secara keseluruhan menjadi 850 unit pada Oktober lalu. Sebelumnya, rata-rata persiapan senjata yang dimiliki mencapai 1.800 hingga 2.600.
"Anda akan melihat jumlah penurunan lainnya yang akan lebih jauh lagi," ujar Pejabat dari Koalisi Pimpinan AS Andrew A. Croft, dalam sebuah keterangan pers di Pentagon, Selasa (7/11) lalu, seperti dilansi USA Today.
ISIS telah terdesak untuk keluar dari Mosul, salah satu kota terbesar di Irak. Kemudian baru-baru ini di Raqqa kelompok militan itu juga kehilangan hampir seluruh kekuatan mereka.
Koalisi pimpinan AS telah meningkatkan intensitas serangan udara yang cukup dramatis sejak awal tahun ini di Mosul dan Raqqa. Mereka mengklaim telah menargetkan ISIS dan berhasil membuat kelompok teroris itu kehilangan kekuatan mereka di sejumlah pangkalan militer, yang memudahkan serangan udara diluncurkan.
Saat ini, pasukan koalisi AS mengakui tengah menargetkan sebagian anggota kelompok militan yang diduga bersembunyi. mereka kemungkinan besar telah tersebar di berbagai titik wilayah, salah satunya di hampran gurun sebelah barat Irak.