Rabu 08 Nov 2017 09:23 WIB

Akhiri Konsensus, Muhammad Salman Pertaruhkan Nasib Saudi

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
 Mohammed bin Salman
Foto: alarabiya
Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Sejumlah pengamat, termasuk mantan pejabat intelijen AS, mengatakan Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman tengah mempertaruhkan ketidakstabilan politik dan regional. Pertaruhan itu dilakukan dengan membongkar sistem aturan konsensus yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di kerajaan.

Sejak menggantikan sepupunya Mohammed bin Nayef pada Juni lalu sebagai calon pengganti Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, pria 32 tahun ini telah memulai kampanye untuk mengkonsolidasikan kekuasaan. Ia mulai menyingkirkan saingannya dalam keluarga kerajaan dan aktivis agama.

Pada September, polisi Arab Saudi menangkap puluhan tokoh agama, termasuk pengkhotbah Islam Salman al-Awdah dan Awad al-Qarni, yang kini berada di balik jeruji besi. Namun kabar yang lebih mengejutkan datang dari pewaris takhta paling ambisius itu pada Sabtu (4/11) malam.

Dia memecat menteri senior dan menahan puluhan orang terkaya di negara itu, seolah-olah dengan alasan untuk memerangi korupsi. Mereka yang ditahan termasuk sepupunya yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, Pangeran Alwaleed bin Talal, bersama 11 pangeran lainnya, empat menteri, dan beberapa mantan menteri.