Rabu 08 Nov 2017 09:44 WIB

Universitas Oxford Lakukan Ini untuk Profesor Tariq Ramadan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
tariq Ramadan
Foto: The New York Times
tariq Ramadan

REPUBLIKA.CO.ID,OXFORD -- Universitas Oxford mengumumkan telah memberikan cuti untuk cendekiawan Muslim Tariq Ramadan. Cuti diberikan setelah profesor studi Islam ini menghadapi tuduhan pemerkosaan, penyerangan, dan pelecehan seksual.

"Setelah adanya kesepakatan bersama, dengan segera, Tariq Ramadan, profesor studi Islam kontemporer, telah diberikan cuti dari Universitas Oxford," kata Universitas Oxford dalam sebuah pernyataan, dikutip The Guardian.

Oxford menegaskan, tugas mengajar Ramadhan akan dilimpahkan ke staf lain. Ramadhan selama cuti tidak diperkenankan hadir di universitas.

"Universitas secara konsisten telah mengakui beratnya tuduhan terhadap Profesor Ramadan. Kami menekankan pentingnya prinsip keadilan dan proses hukum," kata pernyataan tersebut.

"Selama cuti Prof Ramadan akan menanggapi tuduhan yang sangat serius terhadapnya, yang semuanya dia tolak secara kategoris. Yang menjadi perhatian utama kami adalah mengatasi tekanan yang meningkat dan memprioritaskan kesejahteraan siswa dan staf kami," ujar Oxford.

Ramadan, seorang peneliti senior St Antony's College, bulan lalu dituduh melakukan pemerkosaan terhadap seorang penulis Prancis Henda Ayari. Ayari mengatakan, dia diserang oleh Ramadan di sebuah kamar hotel di Paris pada 2012.

Ayari mengungkap pelecehan seksual yang dilakukan Ramadhan, setelah muncul kabar mengejutkan mengenai serangan seksual dan pelecehan yang melibatkan Harvey Weinstein. Dia mengajukan laporan resmi ke polisi dengan menuduh Ramadan melakukan pemerkosaan, serangan kekerasan, dan intimidasi.

Pekan lalu, surat kabar Prancis mengungkapkan seorang wanita lain juga melaporkan Ramadan ke polisi atas tuduhan pemerkosaan dan penyerangan di Lyon pada 2009. Sementara surat kabar Swiss La Tribune de Genve akhir pekan lalu melaporkan ada empat wanita yang juga menuduh Ramadan melakukan pelecehan seksual dalam rentang waktu 1980-an hingga 1990-an, saat mereka masih menjadi murid Ramadan di Swiss.

Ramadan membantah tuduhan tersebut. Dia menanggapi laporan media-media itu melalui sebuah pernyataan di akun Twitter pribadinya pada Senin (5/11). "Tuduhan anonim telah diajukan terhadap saya di Jenewa, yang menuduh saya menyiksa siswa yang masih di bawah umur, hampir 25 tahun yang lalu. Secara kategoris saya menyangkal semua tuduhan ini," kata Ramadan.

Sarjana kelahiran Swiss berusia 55 tahun itu selama ini dikenal sebagai penulis dan pengamat Islam moderen. Ia juga sering memberi masukan kepada pemerintah Inggris mengnai Islam dan masyarakatnya.

Ia kemudian menyampaikan komentar atas keputusan Universitas Oxford yang memberikannya cuti. "Saya menghormati posisi yang diambil oleh Universitas Oxford sejak masalah ini pertama kali muncul. Universitas telah membela asas praduga tak bersalah tanpa mengurangi bobot tuduhan terhadap saya," tulisnya.

"Bertentangan dengan laporan pers Prancis, saya telah diberikan cuti dalam kesepakatan bersama dengan Universitas Oxford, yang akan memungkinkan saya untuk mencurahkan energi saya ke kasus ini, karena saya menghormati siswa yang memerlukan lingkungan akademis yang tenang," kata Ramadan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement