Rabu 08 Nov 2017 14:05 WIB

Delegasi KEIN Kunjungi Laboratorium Nuklir Terbesar di AS

 Delegasi KEIN dengan hangat diterima oleh Dr Jordi Roglans-Ribas kepala divisi Nuclear Engineering Argonne National Laboratory dan beberapa personel inti divisi Nuclear Engineering lainnya.
Foto: Istimewa
Delegasi KEIN dengan hangat diterima oleh Dr Jordi Roglans-Ribas kepala divisi Nuclear Engineering Argonne National Laboratory dan beberapa personel inti divisi Nuclear Engineering lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Delegasi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Pokja Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan kunjungan kerja ke laboratorium nuklir pertama dan terbesar di Amerika, Argonne yang berada tidak jauh dari Kota Chicago.

Kunjungan ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi undangan dari salah satu pusat penelitian nuklir yang juga melakukan studi tentang thorium di Amerika Serikat guna mempelajari teknologi nuklir generasi maju sebagai langkah persiapan untuk menghadapi bilamana Pemerintah memutuskan untuk memanfaatkan tenaga nuklir sebagai bauran energi.

Delegasi KEIN dengan hangat diterima oleh Dr Jordi Roglans-Ribas kepala divisi Nuclear Engineering Argonne National Laboratory dan beberapa personel inti divisi Nuclear Engineering lainnya. Salah satu agenda utama dari KEIN adalah mengetahui dan mempelajari perihal pembangkit tenaga nuklir dengan jenis Molten Salt Reactor (MSR) yang saat ini sedang di pertimbangkan oleh Pemerintah sebagai PLTN Pertama yang di harapkan dapat beroperasi sebelum 2025.

“Pemanfaatan tenaga nuklir adalah sebuah keniscayaan bagi Indonesia mengingat energi primer Indonesia seperti halnya batubara, minyak dan gas akan segera habis paling lama 2035 dan persiapan untuk mengantisipasi hal tersebut harus segera di lakukan”, kata Zulnahar Usman dalam kata sambutan dalam rapat dengan Argonne, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (8/11).

Ketua Pokja Energi dan Sumber Daya Mineral Komite Ekonomi dan Industri Republik Indonesia, Zulnahar Usman, melanjutkan dalam sambutannya, “Bila Pemerintah memutuskan untuk membangun PLTN, maka selain dari faktor keselamatan, salah satu kriteria utama lainnya adalah bahwa pembangkit tersebut harus dapat bersaing dengan PLT batubara dari segi biaya. Menurut beberapa laporan yang telah di terima, jenis reaktor PLTN yang secara ekonomis dapat bersaing dengan PLT Batubara adalah PLTN dengan jenis Molten Salt Reactor yang secara popular di Indonesia di kenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT)”

Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir berbasis Thorium Molten Salt Reactor yang secara ekonomis dapat bersaing dengan harga BPP batubara dapat menjadi terobosan bagi masyarakat untuk mendapatkan listrik murah dan handal yang secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan ketersediaan energi bagi industri yang akan secara langsung meningkatkan daya saing industri kita.

Pada Saat ini, Argonne National Laboratory sedang melakukan berbagai kajian maupun simulasi terhadap beberapa desain reaktor MSR yang ada dan salah satu desain yang akan di pakai sebagai referensi adalah desain MSR milik Thorcon Power yang pada tahun 2015 telah melakukan MOU dengan Pertamina dan PLN untuk melakukan investasi dalam pengembangkan dan pembangunan PLTT.

Menurut Program Manager simulasi MSR, Dr Tanju Sofu, design Thorcon memiliki beberapa keunggulan antara lain, tingkat ke-ekonomisan yang tinggi di banding design MSR lainnya dan sangat yakin bahwa dapat di bangun dan diimplementasikan segera pada saat ini, yang membuat sangat cocok bagi negara berkembang seperti Indonesia yang belum pernah memiliki pengalaman mengoperasikan PLTN secara komersial sebelumnya.

 

Delegasi KEIN selama satu hari penuh melihat berbagai fasilitas penelitian di Argonne National Laboratory yang memiliki 3500 karyawan terkait dengan berbagai aspek desain, pengoperasian dan simulasi reaktor MSR di Argonnne.

Pada rapat penutupan, Zulnahar Usman mengusulkan kerjasama antara Argonne National Laboratory dengan Indonesia dalam proses persiapan percepatan pembangunan PLTN pertama Indonesia yang di sambut baik oleh Dr Jordi, yang berharap dalam waktu dekat dapat melakukan kunjungan ke Indonesia dan diteruskan dengan program kerjasama yang dapat dimulai pada tahun 2018 dalam beberapa sektor antara lain, pelatihan dalam teknologi reactor generasi maju bagi mahasiswa dan enjiner-enjiner muda Indonesia.

Menurut Zulnahar Usman, Pemerintah Indonesia harus segera mengambil kebijakan yang progresif dalam hal ini untuk kepentingan masyarakat dan bangsa yang mana energi nuklir berbasis thorium dapat menjadi solusi dalam ketahanan energi bangsa Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negara terdepan dalam teknologi nuklir generasi maju.

Sebelumnya, KEIN juga sempat mengunjungi PLTN Braidwood jenis konvensional dengan tipe Pressurized Water Reactor yang sudah berumur lebih dari 30 tahun dan sampai saat ini masih beroperasi dengan baik tanpa ada masalah, bahkan menurut statistik PLTN adalah pembangkit listrik yamg memiliki tingkat keselamatan tertinggi. Kunjungan pada pembangkit nuklir ini memiliki arti penting, sebagai bahan referensi dan perbandingan dari berbagai jenis pembangkit nuklir yang ada.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement