REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Jumlah kasus kematian ibu hamil saat melakukan persalinan di Kabupaten Banyumas, terus mengalami penurunan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Sadiyanto, menyebutkan tren penurunan ini berlangsung sejak 2015.
Bila pada 2014 tercatat angka kematian ibu melahirkan (AKI) sebanyak 33 orang, maka pada 2015 bisa ditekan sebanyak 29 orang. Demikian juga pada tahun 2016 bisa ditekan lagi menjadi 22 orang.
"Sedangkan pada tahun 2017 ini, hingga saat ini AKI di Banyumas hanya 13 kasus. Mudah-mudahan angka ini tidak bertambah lagi," kata dia menjelaskan, Rabu (8/11).
Jumlah AKI tahun 2017 tersebut, menurutnya, memiliki rasio yang sangat rendah dibanding jumlah ibu yang melahirkan. Menurutnya, pada tahun 2017, hingga Rabu (8/11) ini tercatat sebanyak 25 ribu ibu.
Dari jumlah tersebut, jumlah ibu yang terdeteksi memiliki resiko tinggi saat melahirkan, tercatat sekitar 5.000 orang ibu. "Ibu hamil yang memiliki risiko tinggi ini, antara lain karena memiliki penyakit bawaan seperti penyakit jantung dan hipetensi. Kebanyakan, ibu hamil yang meninggal saat melakukan persalinan, adalah ibu yang memiliki penyakit tersebut," katanya.
Meski sudah cukup berhasil menekan AKI, Sadiyanto mengaku akan terus berupaya memperbaiki sistem pendampingan bagi para ibu hamil. Khususnya, bagi ibu-ibu hamil yang memiliki risiko tinggi.
"Kita tetap meminta petugas kesehatan agar bekerja lebih baik lagi sehingga AKI di Banyumas dapat terus kita tekan. Mudah-mudahan, target AKI di bawah 20 kasus sepanjang tahun 2017 ini bisa dicapai," ucap dia.
Menurut dia, keberhasilan penurunan AKI di Banyumas juga tidak lepas dari dukungan dan komitmen pimpinan. Minimal tiga bulan sekali, bupati dan wakil bupati menggelar Sarasehan Kesehatan Ibu dan Anak yang diikuti para pimpinan organisasi profesi, direktur RSUD, kepala Puskesmas, Gerakan Organisasi Wanita (GOW), serta para dokter sepesialis kandungan.
Dalam sarasehan itu, Bupati Achmad Husein selalu berpesan untuk melakukan pendampingan kepada ibu hamil, khususnya bagi ibu yang sejak awal diketahui memiliki risiko tinggi. Selain itu, kebijakan agar proses persalinan atau ibu melahirkan dilakukan di puskesmas, juga sangat membantu upaya menekan kasus kematian ibu.
Selain karena fasilitas persalinan di puskesmas lebih lengkap, juga karena proses persalinan di puskesmas akan ditangani oleh tim yang melibatkan beberapa orang bidan dan tenaga medis lainnya. "Proses persalinan itu menyangkut dua nyawa, yaitu nyawa si ibu yang melahirkan dan nyawa bayinya. Dengan demikian, penangannya harus dilakukan oleh tim agar bisa ditangani dengan baik," jelasnya.