REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peneliti Kajian Eropa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir menilai pendekatan multikulturalisme di Inggris mengalami kegagalan. Alasannya, multikulturalisme tidak menyatukan kelompok imigran dengan warga asli Inggris.
"Namun gagalnya multikulturalisme di Inggris malah mendorong terjadinya pengelompokan warga berdasarkan budaya dan agama. Ini membuat warga imigran teralienasi dari warga asli Inggris," katanya di Jakarta, Rabu, (8/11).
Rasa teralienasi dari warga native Inggris, terang Amin, menimbulkan gerakan radikal imigran. Generasi kedua imigran merasa tak menyatu dengan warga native Inggris dan merasa tersisih.
Di Inggris terlihat konsentrasi sejumlah imigran. Imigran India, Pakistan, Bangladesh terkonsentrasi di beberapa kota sendiri. Akibatnya mereka tak berinteraksi dengan masyarakat asli Inggris. "Tak merasa bersatu dengan warga native Inggris membuat mereka kehilangan identitas. Mereka menemukan identitas dalam kelompok garis keras, ini berbahaya," ujar Amin.
Sementara Inggris sebagai negara liberal tak punya legitimasi untuk melarang pikiran orang berpikir radikal. Sebab semua orang memiliki kebebasan berpikir.
Padahal kenyataan angka-angka kekerasan kelompok radikal tinggi. Ini harus dibuat kebijakan lain untuk mengurangi kekerasan akibat radikalisme.