REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mulai masuk ke pembiayaan hotel. Hal itu karena ada pergeseran pola konsumsi masyarakat. Direktur Bisnis Menengah BNI Putrama Wahyu Setiawan mengatakan ada rujukan mengenai pola konsumsi masyarakat.
"Spending mereka lebih banyak ke leisure. Di sini kami coba pahami kata pengamat yang tadinya banyak spending beli barang beralih ke experience (pengalaman)," kata dia, Rabu, (8/11).
Atas dasar itu, BNI mulai masuk ke sektor yang berkaitan dengan leisure serta pengalaman. Tujuannya supaya bisa menjadi sarana pembiayaan bagi segmen perdagangan, restoran, maupun hotel yang kini sedang berkembang.
"Dari sisi pembiayaan menengah masih lebih banyak di sektor ekonomi perdagangan, hotel, dan restoran. Hotel (yang dibiayai) kami cukup banyak, syaratnya kami tidak biayai dari awal melainkan sudah berdiri dan sudah ada pendapatannya," kata Putrama.
Lebih lanjut, ia menuturkan, dalam membiayai sektor perhotelan, ada beberapa hal yang diperhatikan. Meliputi lokasi hotel dan rumus harga kamar per hotel.
"Lokasi itu penting baik hotel Bintang 3,4, dan 5. Lalu ada rumus hotel dalam menetapkan tarif kamar, yaitu rumusnya seperseribu dari biaya konstruksi. Misal hotel dibangun seharga Rp 1 miliar maka per kamar harganya Rp 100 ribu per malam," ujar Putrama.
Maka, kata dia, sebelum mengucurkan pembiayaan ke hotel BNI akan bertanya meliputi berapa jumlah kamar, harga kamar, dan lainnya. "Kami tanya sudah sesuai rumus belum," kata dia.
Total penyaluran kredit BNI sampai kuartal III 2017 sebesar Rp 421,41 triliun. Jumlah itu tumbuh 13,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya Rp 372,02 triliun.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement