Kamis 09 Nov 2017 20:00 WIB

Para Wanita Penyembuh di Era Turki Utsmani

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Dokter perempuan di Istana Kesultanan Ottoman.
Foto: Worpress.com
Dokter perempuan di Istana Kesultanan Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dalam sejarah perdaban Islam, banyak rumah sakit yang didirikan oleh kaum perempuan. Para perempuan pendiri rumah sakit di era kekhalifahan itu, biasanya adalah istri, anak perempuan, atau ibu dari para sultan. Meski demikian, biasanya seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit adalah laki-laki.

Namun, pada masa Kesultanan Turki Utsmani, banyak wanita yang mendalami ilmu kedokteran dan terjun langsung menangani pasien. Kemudian, bermunculanlah dokter-dokter wanita di Turki.

"Pada era kekhalifahan Turki Utsmani sudah mulai banyak perempuan yang berprofesi sebagai dokter. Mereka sudah berpraktik, baik di dalam istana kesultanan maupun di luar istana," kata Nil Sari, guru besar pada Fakultas Kedokteran Cerrahpahsa, Universitas Istanbul, Turki dalam sebuah penelitiannya.

Para dokter perempuan Muslim di era keemasan Turki Utsmani mempelajari ilmu kedokteran dari ibu mereka, yang juga dokter. Para perempuan pada era itu juga sudah banyak yang bisa meracik obat-obatan. Fakta ini membuktikan betapa perempuan telah mendapatkan tempat untuk menduduki profesi penting dalam kehidupan sosial.

Keberadaan dokter wanita di Turki terekam dalam manuskrip abad ke-15 tentang pembedahan. Dalam manuskrip tersebut, dokter wanita dan laki-laki memiliki sebutan berbeda. Dokter wanita disebut tabibe, sedangkan dokter laki-laki disebut tabib.

Dalam naskah tersebut dijelaskan, tabibe sudah mampu melakukan operasi ginekologi seperti kelainan alat reproduksi wanita, hermaprodit, wasir,  penyakit papilloma, dan penyakit kelamin lainnya.  

Manuskrip itu juga menyebut-nyebut profesi bidan. Pada masa itu, bidan disebut kabile. Ia bertugas menolong wanita melahirkan, membantu mengeluarkan janin ketika si ibu tidak melahirkan secara normal, menangani kelainan pada anus, dan menolong wanita yang mengalami keguguran.

Bukti lain yang menunjukkan keberadaan dokter perempuan pada masa Turki Utsmani adalah adanya rumah sakit besar di lingkungan Istana Bayezid dan Istana Topkapi. Rumah sakit khusus wanita itu dilengkapi kamar mandi untuk pasien. Rumah sakit ini diperkirakan dibangun pada awal abad ke-17 dan disebut Cariyeler Hastanesi.

Pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut biasanya adalah selir dan pelayan wanita. Tenaga medis  wanita yang bekerja di sana disebut hastalar ustasi, sedangkan pengawas pasien wanita disebut hastalar kethudasi kadin. Hingga saat ini, rumah sakit di Harem Topkapi itu, termasuk bangunan kamar mandi dan dapur pasiennya, masih berdiri. Harem adalah istilah untuk menyebut salah satu tempat di dalam istana yang dihuni para wanita dan anak-anak.

Ada pula dokumen yang mencatat adanya pasien laki-laki yang pernah dioperasi dua dokter wanita. Pasien ini tinggal jauh dari Istana. Ia diobati oleh dokter wanita yang bertugas sebagai dokter keliling. Disebut dokter keliling, karena ia tak  menetap di rumah sakit. Ia secara rutin melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain untuk mengobati pasien.

Ada pula naskah lama yang menceritakan tentang saat pertama kali dokter wanita dipercaya oleh keluarga kerajaan. Disebutkan, kala itu tim kesehatan istana kesulitan menyembuhkan salah satu anak perempuan sultan. Pihak kerajaan kemudian memanggil dokter dari luar istana.

Saat itu, Kepala Dokter Istana, Cemalzade Mehmed Efendi, memanggil seorang dokter wanita untuk mengobati tiga wanita penghuni Istana yakni Ferniyaz Kalfa, Lalezar Kalfa, dan Nazenin Kalfa.

Duta Besar Swedia untuk Turki pada akhir abad 18, d'Ohsson, mencatat dalam bukunya mengenai tradisi dan adat istiadat Turki terkait dokter wanita. Menurut dia, dokter wanita memiliki sedikit pengetahuan tetapi pengalamannya di dunia kesehatan sangat hebat.

Mereka siap jika harus dipanggil ke Harem saat dibutuhkan. "Saat itu, dokter wanita juga bisa menangani masalah kebidanan seperti membantu persalinan," kata d'Ohsson.

Pada awal abad ke-19, Kesultanan Turki Utsmani memiliki dokter wanita yang dikenal bertangan dingin. Dialah Meryem Kadin yang berhasil menyembuhkan Abdulmecid, pewaris takhta Kesultanan Turki Utsmani.

Setelah berhasil menyembuhkan Abdulmecid, Meryem mendapat hadiah berupa gaji tiap bulan dan bebas masuk ke dalam Harem. Secara resmi, dokter wanita mulai dipekerjakan di istana sejak abad 19.

Pada 1872, salah satu dari empat dokter Muslim yang bekerja di Bagian Medis Istana Yildiz adalah dokter wanita bernama Gulbeyaz Hatun. Ia mendapat gaji sebesar 200 akces per bulan. Namun, sejumlah sejarawan memperdebatkan jabatan Gulbeyaz Hatun pada masa itu, apakah dokter ataukah hanya apoteker.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement