REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar putaran final lomba budaya mutu sekolah dasar. Lomba dihelat berbarengan dengan final lomba penulisan artikel ilmiah sekolah dasar.
Untuk putaran final lomba budaya mutu Sekolah Dasar (SD) diikuti kepala sekolah dan guru dari 217 sekolah se-Indonesia. Sedangkan untuk lomba penulisan artikel ilmiah SD diikuti 65 finalis yang berasal dari seluruh Indonesia.
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud, Wowon Widaryat mengatakan, lomba ini bertujuan memotivasi semua satuan pendidikan menumbuhkembangkan budayanya. Hal itu dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Ada tiga kategori yaitu SD rujukan, SDN rintisan penguatan pendidikan karakter, dan SDS rintisan penguatan pendidikan karakter. Tiga komponen penilaian yaitu pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, pembelajaran dan ekstrakulikuler.
Sebanyak 217 finalis yang bertanding berasal dari berbagai kategori. Mereka terdiri dari 175 SD rujukan, 21 SD negeri rintisan penguatan pendidikan karakter, dan 21 SD swasta rintisan pendidikan karakter.
Lomba artikel ilmiah pun terbagi tiga kategori yaitu artikel populer untuk umum, feature untuk umum dan ilmiah sederhana untuk siswa SD. Terdapat 4.533 naskah yang masuk, teriri dari 999 artikel populer, 456 feature dan 3.078 ilmiah.
Wowon menuturkan, lomba artikel jadi wahana mendokumentasikan praktik-praktik, baik dalam pengelolaan pendidikan dan pembelajaran di SD. Termasuk, peningkatan pendidikan karakter, sanitasi sekolah, inovasi pembelajaran dan budaya menulis.
"Diharapkan jadi wadah dan cermin pelaksanaan program-program pembinaan sekolah dasar, antara lain mencakup pembelajaran, penilaian, perbaikan sarpras, penataan manajemen dan penguatan pendidikan karakter," kata Wowon, kemarin.
Bupati Sleman, Sri Purnomo, menyambut baik terpilihnya Sleman menjadi tuan rumah putaran final lomba budaya mutu sekolah dan penulisan artikel ilmiah. Ia berharap, ini jadi momentum saling meningkatkan mutu layanan pendidikan.
Untuk Kabupaten Sleman sendiri, ia melihat, telah dilakukan berbagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya jenjang sekolah dasar. Di antaranya lewat program wajib belajar 9 tahun, akreditasi sekolah dan pelatihan kompetensi.
Selain itu, tedapat program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, sertifikasi pendidik pembinaan kelompok kerja guru, serta pengembangan mutu dan kualitas program. Ada pula penilaian kinerja guru dan tenaga pendidik.
"Dengan adanya kegiatan ini kami merasa terpacu dan termotivasi untuk terus berupaya meningkatkan mutu layanan pendidikan," ujar Sri.