REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) diharapkan dapat menjadi pemicu untuk meningkatkan pangsa pasar ekonomi syariah. Selain itu, ISEF juga diharapkan dapat memberikan contoh yang baik untuk mengembangkan kewirausahaan di pesantren.
"Banyak pesantren yang menjalankan usaha dalam bentuk koperasi atau usaha perdagangan lainnya, itu adalah langkah awal yang penting karena mengajarkan para santri berdagang," ujar Jusuf Kalla dalam pembukaan ISEF di Grand City Surabaya, Kamis (9/11).
Jusuf Kalla mengingatkan, untuk mengukur perkembangan ekonomi syariah tidak hanya ditinjau dari angka saja. Namun juga penerapan sistemnya yang baik. Menurutnya, menjalakan sistem ekonomi syariah sebetulnya tidak sulit karena perekonomian merupakan bagian dari muamalat.
"Selama yang kita jual bukan barang haram, selama kita tidak melakukan perjudian, berspekulasi, dan riba. Semua pasti halal," kata Jusuf Kalla.
Pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia masih terlambat dibandingkan dengan Malaysia. Jusuf Kalla mengatakan, ekonomi syariah di Malaysia sudah tumbuh 22 persen, sedangkan Indonesia masih bertahan di 5 persen. Bahkan, seluruh sistem keuangan di Malaysia sudah dijalankan dengan prinsip syariah.
Sementara, masih banyak bank syariah di dalam negeri yang kemajuannya tersendat.Di sisi lain, sistem ekonomi syariah juga berkembang pesat di Inggris yang notabene bukan negara muslim.
Jusuf Kalla mengimbau agar ISEF tidak hanya sekadar festival yang bersifat seremonial saja. Namun diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi syariah di Tanah Air.
"Festival (ISEF) ini memberi contoh dan pelajaran, serta mendorong generasi muda untuk menjalankan usaha dengan cara syar'i. Yang paling penting adalah tekad untuk memulai," kata Jusuf Kalla.