REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) mengungkapkan siap untuk mengelola Blok Mahakam. Direktur Utama PHI Bambang Manumayoso mengatakan kesiapan tersebut sebagai bagian dari langkah strategis perushaan untuk mendorong ketahanan energi sosial.
Bambang pun menyatakan dirinya optimis PHI bisa menjaga produksi di Blok Mahakam. "Setidaknya dari Blok Mahakam, Pertamina akan memberikan tambahan kontribusi sebesar 24 persen dari total produksi migas nasional," kata Bambang di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (9/11).
Keoptimisan tesebut bukan tanpa alasan. Bambang menuturkan hal itu didikung dari sumur yang kini dimiliki Blok Mahakam. Dia menegaskan saat ini Blok Mahakam sudah melakukan pengeboran 11 sumur di Tunu dan Handil Field.
Bahkan selain sumur tersebut, PHI sudah merancang target penambahan sumur untuk tersu menjaga produksinya. "Nantinya akan ada 15 sumur yang akan dibor oleh Pertamina hingga 2018 mendatang," ujar Bambang.
Untuk mendukung pengeboran tersebut, lanjut dia, Pertamina juga sudah memikirkan dana yang dibutuhkan untuk menmbah sumut yang dimiliki Blok Mahaka. Bambang menjelaskan, Pertamina telah menginvestasikan dana sebesar 160 juta dolar AS.
Saat ini total gas yang diproduksi Blok Mahakam 1,223 Juta Standar Kaki Kubik per Hari (MMSCFD) perseptember. Selain mengelola Blok Mahakam, Bambang menegaskan PHI juga siap untuk mengelola beberapa blok terminasi lainnya, seperti Sanga-sanga dan Attaka hingga Intergrasi Tengah-K. "Upaya ini sebagai langkah strategis Pertamina sebagai NOC yang mengemban tugas dalam menjaga ketahanan energi nasional," tutur Bambang.
Sebelumnya, Pertamina berhasil mengelola blok migas setelah terminasi mendapatkan hak operatorship untuk lapangan Offshore North West Java-ONWJ pada 2009. Setelah lima tahun berjalan, blok di Pantai Utara Jawa Barat tersebut mencatatkan tren peningkatan produksi hingga 12 persen.
Saat itu produksi migas meningkat dari 23,1 MBOPD menjadi 40,3 MBOPD. Demikian halnya dengan pengelolaan blok West Madura Offshore (WMO) yang diambil alih dari Kodeco pada 2011. Dalam kurun waktu empat tahun, Pertamina mampu meningkatkan produksi sebesar 14 persen yakni dari 13,7 MBOPD menjadi 20,3 MBOPD.