Kamis 09 Nov 2017 20:59 WIB

Optimalisasi Ekonomi Syariah Tekan Transaksi Berjalan

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Gubernur BI Agus Martowardojo memberi sambutan saat acara pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/11).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Gubernur BI Agus Martowardojo memberi sambutan saat acara pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Optimalisasi ekonomi syariah dapat turut membantu ekonomi dan mengurangi tekanan pada neraca transaksi berjalan Indonesia. Hal itu diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo saat pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017, di Grand City Convex, Surabaya, Kamis (9/11).

Pembukaan ISEF 2017 dihadiri oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simanan (LPS) Halim Alamsyah.

ISEF 2017 kali ini memunculkan gaung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. ISEF menjadi salah satu kegiatan ekonomi dan keuangan syariah terbesar di Indonesia yang mengintegrasikan pengembangan sektor keuangan dengan perekonomian sektor riil.

Dalam sambutannya, Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo, menyatakan ekonomi dan keuangan syariah bukan suatu konsep eksklusif yang hanya ditujukan kepada umat Islam. Melainkan konsep inklusif yang secara aktif melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam menggerakkan roda perekonomian.

Konsep tersebut mendorong pesatnya perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di dunia dan Indonesia. Hal itu tampak dari volume industri keuangan syariah global pada 2015 mencapia Rp 3,8 triliun dolar AS, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,3 triliun dolar AS pada 2021.

"Pertumbuhan ini memicu berbagai negara di dunia untuk berlomba-lomba memanfaatkan peluang dan berupaya menjadi pemain utama di industri halal global. Tidak hanya negara yang mayoritas penduduknya muslim tapi negara-negara lain seperti Inggris, Jepang, Cina, Korea dan Thailand," terangnya.

Indonesia sebagai negara mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, dianggap memiliki potensi besar industri halal global. Tapi sampai saat ini masih belum termanfaatkan dengan baik. Indonesia masih menjadi importir produk industri makanan halal, wisata halal dan busana halal.

"Kita tidak ingin hanya pandai impor. Harusnya bisa swasembada produk halal, dan ekspor produk halal. Karena kalau kita hanya impor akan memperlebar defisit transaksi berjalan dan menekan neraca pembayaran Indonesia. Sehingga akan mengancam kemandirian dan ketahanan perekonomian nasional," jelas Agus.

Karenanya, menurutnya potensi industri halal yang besar perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemanjuan ekonomi Indonesia. Agus juga menilai perlunya akselerasi ekonomi dan keuangan syariah dengan mengoptimalkan dan mengintegrasikan potensi yang dimiliki. Termasuk integrasi sektor keuangan komersial syariah dan sektor sosial syariah seperti zakat, infak, shodaqoh dan wakaf.

Penyelenggaraan ISEF, kata Agus, untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan berbagai segmen masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah. Selama empat kali penyelenggaraan ISEF secara bertahap telah memfasilitasi terbentuknya landasan yang kokoh bagi terbentuknya peran ekonomi dan keuangan syariah dari tahun ke tahun.

Sebanyak 17 pesantren bersama Bank Indonesia, OJK dan Pemprov Jatim telah mendeklarasikan Deklarasi Surabaya pada 5 November 2014. Kemudian dilanjutkan pelaksanaan ISEF pertama pada 2014. Deklarasi tersebut menjadi semangat mewujudkan Jatim sebagai regional ekonomi syariah terbesar di Indonesia ya g mengintegrasiskan sektor keuangan dan riil.

Kemudian penyelenggaraan ISEF 2015 dan 2016 fokus diarahkan pada upaya lebih memberdayakan ekonomi dan keuangan syariah dalam mendorong poran aktif Indonesia dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah.

Dalam tiga kali perhelatan ISEF, capaian penting yang dilakukan Indonesia antara lain, terbentuknya forum ilmiah domestik dan global, diterimanya Zakat Core Principles sebagai acuan internasional, dimulainya penyusunan Waqf Core Principles sebagai inisiatif lintas negara yang dimotori Indonesia, adanya paradigma baru intergais keuangan, serta terbentuknya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).

"ISEF 2017 dengan tema mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif yang lebih berdaya tahan melalui koordinasi yang lebih erat. ISEF diupayakan dapat menjangkau keterlibatan masyarakat lebih luas untuk membangkitkan potensi lebih besar," ucap Agus.

ISEF 2017 mengangkat tiga pilar pengembangan ekonomi syariah di Indonesia yang telah ditetapkan Presiden RI, yakni pemberdayaan ekonomi syariah, peningkatan efisiensi keuangan syariah untuk mendukung pengembangan usaha syariah, dan penguatan riset dan edukasi, termasuk sosialisasi dan komunikasi.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo, mengatakan, forum ISEF merupakan perhelatan yang harus diapresiasi karena merupakan wujud kemauan dan komitmen untuk mengembangkan konsepsi ekonomi syariah. "Menjadi sangat penting bagi kami karena menjadu komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mewujudkan ekonomi syariah di Indonesia menjadi terkemuka di dunia," jelas Soekarwo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement