Jumat 10 Nov 2017 05:13 WIB

Buat Film, Sutradara Jepang Terinspirasi Tsunami di Aceh

Rep: Dwina Agustin/ Red: Hazliansyah
Film kolaborasi Indonesia-Jepang berjudul Laut atau The Man from The Sea segera tayang di Tanah Air pertengahan 2018.
Foto: Dwina Agustin/Republika
Film kolaborasi Indonesia-Jepang berjudul Laut atau The Man from The Sea segera tayang di Tanah Air pertengahan 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara asal Jepang Koji Fukada menggarap film "Laut" sebagai proyek terbarunya. Ide awal film tersebut lahir ketika dia berkunjung ke Aceh pada tahun 2011.

Kunjungan tersebut terjadi saat dia mengikuti penyelenggaraan simposium "Joint Disaster Recover" yang diadakan Universiatas Syiah Kuala dan Universitas Kyoto. Ketika itu, Jepang baru saja mengalami musibah gempa yang disertai Tsunami yang begitu besar.

Selama mengikuti dan berinteraksi dalam acara tersebut, Fukada mendapat pandangan baru tentang alam. Ternyata, meski mendapatkan musibah yang sama, kedua negara memiliki tanggapan yang berbeda dengan teknologi yang berbeda pula.

"Saya waktu itu baru tahu ternyata tsunami tidak hanya dialami di Jepang, tapi di banyak negara, terutama wilayah Asia seperti Indonesia," kata sutradara pemenang Jury Prize pada "UnCertain Regard" dalam Festival Film Cannes 2016 untuk film "Harmonium".

Tidak bisa ditampik, tsunami yang dialami kedua negara menjadi tali yang mengaitkan kedua negara. Apalagi melihat kondisi negara yang memiliki keadaan alam yang sama, dikelilingi lautan yang memberikan duahal bertolak belakang, keindahan dan bahaya bencana besar.

Dalam proses pembuatan yang dilakukan di Banda Aceh dan Sabang ini, Fukada mengaku tidak banyak kesulitan yang dialami. Meski menggunakan empat bahasa, Indonesia, Jepang, Inggris, dan Aceh, nyatanya itu bisa diatasi dengan adanya penerjemah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement