Jumat 10 Nov 2017 13:40 WIB

Fatwa Jihad KH Hasyim Asy'ari dan Peristiwa 10 November 1945

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Agus Yulianto
Sosok pendiri NU KH Hasyim Asy'ari  ketika bicara dengan opsir tentara Jepang.
Foto: istimewa
Sosok pendiri NU KH Hasyim Asy'ari ketika bicara dengan opsir tentara Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencatatan sejarah perjuangan hingga pembentukan negara Republik Indonesia dinilai masih memarjinalkan kalangan pesantren. Padahal, ulama dan santri sangat berperan dalam memberikan perlawanan terhadap penjajah, seperti halnya ketika pertempuran 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai hari pahlawan.

Agus Sunyoto, penulis buku Fatwa dan Resolusi Jihad menceritakan fakta-fakta yang diketahuinya terkait penyebab pertempuran 10 November tersebut. Dia menjelaskan, pertempuran 10 November terjadi setelah sebelumnya KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad kepada semua umat Muslim.

"Jadi memang justru dengan diabaikan ini (fatwa jihad) peristiwa 10 November ini jadi aneh, lho Inggris untuk apa menyerang Surabaya? Wong tanggal 15 Agustus perang dunia itu sudah selesai, bagaimana tiba-tiba muncul perang," ungkap Agus saat ditemui usai diskusi Fatwa dan Revolusi Jihad di Museum Kebangkitan Nasional, Senen, Jakarta Pusat, pada Jumat (10/11).

Dia merawikan, sekitar awal Oktober 1945, Belanda memprovokasi melalui siaran radio bahwa pada tanggal 25 Oktober Inggris akan datang untuk menangkap kolaborator dan tentara didikan Jepang. Di antaranya, Ir Soekarno, Bung Hatta yang diklaim sebagai kolaborator Jepang dan para santri yang tergabung dalam Pembela Tanah Air (PETA), Heiho, dan Hizbullah sebagai tentara didikan Jepang.

Akibat provokasi Belanda saat itu tepat pada tanggal 15 Oktober, dikatakan Agus, utusan Bung Karno datang menemui KH Hasyim Asy'ari untuk mengeluarkan fatwa tentang bela negara. Lalu, tak lama berselang, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad kepada semua Muslim.

"Setelah fatwa itu dikeluarkan, lalu PBNU pun tanggal 22 Oktober mendeklarasikan resolusi jihad," kata Agus.

Lalu pada 25 Oktober, Inggris mendarat di Surabaya. Dan tanggal 26 Oktober, pasukan Inggris diserang oleh massa dari masyarakat Muslim akibat fatwa jihadnya KH Hasyim Asy'ari hingga menewaskan Jenderal Mallaby.

Agus menegaskan, fakta-fakta sejarah tersebut seolah dilupakan dan tidak tertulis dibuku-buku sejarah. Padahal, fakta-fakta sejarah tersebut adalah semangat dan darah perjuangan ulama dan santri dalam membela negara.

"Sampai akhirnya pada tanggal 10 November, semua umat muslim bahkan yang berasal dari Cirebon turun dalam pertempuran. Semangat juang itu muncul, berawal dari fatwa jihad, resolusi jihad bela negara Indonesia," ujar Agus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement