REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepemimpinan Harun Ar-Rasyid ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer yang terdiri atas 95 ribu pasukan untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779-780 M.
Sementara dalam ekspedisi kedua yang dilakukannya pada 781-782 M, ia memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Saat melakukan ekspedisi militer itu, ia didampingi oleh para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.
Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putra mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Musa Al-Hadi. Pada 14 September 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki takhta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima dan berkuasa hingga akhir hayatnya.
Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M di Tus, Khurasan, Irak, pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu, pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa. Setelah meninggal, ia digantikan oleh putranya, Al-Amin (809-813 M) dan kemudian Al-Ma'mun.