REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Gula petani tebu Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sampai saat ini belum laku dijual, padahal musim giling sudah selesai hampir satu bulan lalu.
"Petani tebu sekarang benar-benar terpuruk, selama satu tahun menunggu panen tiba, tapi setelah panen, gulanya sampai hari ini belum laku dijual," kata Wakil Ketua DPD Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Mae Azhar melalui pesan singkat yang diterima di Cirebon, Sabtu (11/11).
Menurutnya saat ini lelang gula baru bisa di laksanakan dari periode satu sampai periode enam, padahal musim giling sudah lama selesai. Kondisi ini menurutnya membuat para petani tidak bisa berbuat banyak, selain itu kesulitan demi kesulitan juga terus dialami oleh para petani seperti pupuk langka dan persoalan keredit petani tebu yang sangat sulit. "Saya sangat yakin kalau keadaan masih terus seperti ini pabrik gula yang ada di Jawa Barat semuanya akan tutup," tuturnya.
Sementara itu, Wakil Sekretaris APTRI Jawa Barat, Didi Junaidi mengatakan APTRI) menolak untuk menjual gula mereka kepada Bulog dengan harga Rp 9.700 per kilogram, harga tersebut terlalu rendah. "Dari APTRI kami menolak menjual gula ke Bulog karena harganya terlalu rendah," katanya.
Menurutnya harga gula di tingkat petani seharusnya Rp 11 ribu per kilogram. Ini merupakan harga yang ideal, karena untuk produksinya pun petani harus mengeluarkan sekitar Rp 10 ribu per kilogramnya. Ketika harga di bawah Rp 10 ribu akan membuat para petani tidak bisa mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Hal ini dinilai harus menjadi perhatian Pemerintah.
"Sekarang Bulog membeli hanya Rp 9.700, ini sangat memberatkan bagi kami, untuk itu kami juga terpaksa mencari investor lain yang berani menawar lebih tinggi," katanya.