REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal DMI Imam Addaruqutni mengungkapkan, bahwa ketersediaan Alquran di masjid-masjid di Indonesia masih belum cukup untuk umat Islam. Apalagi, kondisi Alquran yang tersedia di masjid saat ini sangat memperihatinkan.
Karena itu, ia meminta kepada Kementerian Agama (Kemenag) untuk menggencarkan pengadaan Alquran di masjid, khususnya di daerah-daerah. "Jadi perlu regenerasi Alquran dalam pengertian pengadaannya, bukan dalam arti Alquran yang baru yang lain, tapi pengadaan itu perlu," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (13/11).
Menurut Imam, selama ini pengadaan mushaf Alquran di masjid kebanyakan justru berasal dari swadaya masyarakat dan terkadang masyarakat membawa Alquran dari rumahnya masing-masing.
"Belum cukup, dan karena belum cukup itu kondisinya masih buruk. Orang juga kadang-kadang harus membawa Alquran sendiri atau membeli Alquran sendiri itu," ucapnya.
Menurut dia, kondisi Alquran memperihatinkan, selain karena sering dibaca oleh umat juga karena usianya sudah tua, sehingga warnanya pun mulai berubah. "Jadi banyak yang robek ada yang jilid-jilidnya lepas juga. Karena udah lama kertasnya juga kuning," katanya.
Imam menambahkan, masjid di Ibu Kota saja masih banyak yang kekurangan mushaf Alquran, apalagi di masjid yang berada jauh dari Ibu Kota. Sementara, kata dia, Kemenag hanya memberikan puluhan mushaf saja kepada DMI, sehingga tidak cukup untuk didistribukan ke masjid yang jumlahnya mencapai ratusan ribu.
"Saya kira pengadaan Alquran ini memang harus ada karena dulu juga pernah ada program baca Alquran lepas Maghrib oleh Kemenag rtpi itu kurang didukung oleh pengadaan Alquran sendiri," ujarnya.