Senin 13 Nov 2017 12:30 WIB

Cara Berpikir Suprarasional, Apakah Itu?

Rep: Nurhasan Murtiaji/ Red: Elba Damhuri
Ridwan Hasan menyampaikan cara berpikir suprarasional kepada anggota Kopassus di Balikpapan, Kaltim, Jumat (29/9). Ridwan Hasan adalah pendiri Klinik pendidikan MIPA dan pelatih olimpiade matematika internasional.
Foto: dok. Istimewa
Ridwan Hasan menyampaikan cara berpikir suprarasional kepada anggota Kopassus di Balikpapan, Kaltim, Jumat (29/9). Ridwan Hasan adalah pendiri Klinik pendidikan MIPA dan pelatih olimpiade matematika internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, Seisi ruangan dibuat terpukau dengan paparan Ridwan Hasan Saputra dalam seminar yang bertajuk Supra Rational in Teaching Math for Teacher. Sesi sharing disampaikan di hadapan 120 peserta dengan latar belakang guru, kepala sekolah, dan para koordinator tim dari berbagai negara peserta International Teenagers Mathematics Olympiad 2017 pada Jumat (10/11) di Davao City, Filipina.             

Selama ini ada asumsi keliru dari orang tua tentang makna pandai matematika. Matematika diasumsikan sekadar ilmu berhitung. Anak yang pandai berhitung, maka diasumsikan pandai bermatematika. Padahal, esensi matematika bukan berhitung, tetapi kesepakatan terhadap aturan-aturan. Ridwan HS menyebutnya dengan istilah "matematika tanpa angka".

Dalam mengkaji matematika, para siswa diharapkan menyepakati dan mengikuti aturan. Setiap siswa tidak boleh melanggar aturan jika mereka tidak ingin mendapatkan hukuman atau disalahkan oleh gurunya. Sebenarnya, dalam ruang kehidupan nyata pun, siswa diharapkan menjadi sosok yang patuh pada aturan dan kesepakatan bersama.

Matematika tanpa angka adalah pelajaran yang mengajarkan siswa menjadi orang yang taat hukum, norma, dan menjunjung tinggi nilai moral.

Menurut Ridwan, sikap moral dan taat aturan merupakan wujud nyata dari tingkat spiritualitas dan kecerdasan emosional.

“Orang tua yang mengajarkan anak mereka norma dan moral yang baik sejak dini maka orang tua tersebut hakikatnya sudah mengajarkan matematika tanpa angka,” kata dia dalam keterangan pers yang diterima //Republika//, di Jakarta, Ahad (12/11).

Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA ini pun menyampaikan satu pesan penting, yaitu belajar norma dan sikap moral yang baik itu lebih penting diajarkan dan dididik lebih awal daripada belajar konten matematika.

“Ketika anak belajar sikap moral yang baik, daya nalar anak akan meningkat dan membuat anak akan mudah memahami pelajaran matematika (matematika dengan angka) di sekolahnya,” kata dia.

Sementara itu, menurut Virgil Y Batos, salah satu peserta seminar, mengaku sangat tertarik untuk lebih mendalami ilmu suprarasional yang disajikan pembicara. Menurut Virgil yang berprofesi sebagai guru ini, cara berpikir suprarasional adalah cara berpikir yang jika diterapkan akan membuat guru dapat memberikan layanan pembelajaran terbaik untuk para siswa.

“Mengajarlah dengan sepenuh hati agar siswa dapat terbantu untuk lebih menyenangi dan memahami pelajaran matematika. Matematika itu tidak sulit. Syaratnya, guru harus punya beragam strategi dan sikap mengajar yang baik. Itu hal penting yang saya dapatkan dari presentasi Ridwan,” ujar Virgil.

Concordia S Talaid, peserta lain yang merupakan kepala sekolah, menyatakan rasa suka cita atas penyajian materi dari Ridwan HS. Dia menilai topik materi tentang cara berpikir suprarasional sangat bermanfaat.

Dia mengaku menjadi makin memahami cara yang harus dilakukan seorang guru untuk membuat para siswanya mencintai matematika. Dia sepakat bahwa anak-anak tak cukup hanya dipenuhi kebutuhan raganya (pangan, sandang, papan), tetapi harus dipenuhi juga kebutuhan jiwanya (beribadah pada Tuhan).

“Kebutuhan jiwa sangat penting bagi kehidupan anak-anak. Karena dengan memenuhi kebutuhan jiwa anak, mereka akan tumbuh menjadi anak yang sukses dan bahagia menjalani kehidupannya,” tutur dia.

Dia berencana mengundang Ridwan HS untuk berbagi ilmu tentang cara berpikir suprarasional dalam konteks pembelajaran matematika bagi guru-guru, sesama rekan sejawatnya yang berprofesi sebagai kepala sekolah, bahkan merekomendasikan kepada para koleganya para dosen di universitas.

Tak dinyana, ide cara berpikir suprarasional sudah mulai merambah ke Filipina. Ridwan berharap hal ini menjadi pertanda positif bagi dirinya dan Klinik Pendidikan MIPA untuk terus konsisten berkiprah dan menebar ilmu cara berpikir suprarasional di Indonesia, bahkan di dunia internasional.

Hal ini makin meneguhkan keyakinan bahwa ilmu cara berpikir suprarasional bersifat universal dan dapat bermanfaat bagi semua kalangan lintas bahasa, lintas agama, bahkan lintas bangsa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement