Senin 13 Nov 2017 13:21 WIB

Madura United Ingin Perbaikan di Operator Liga Indonesia

Rep: Febrian Fachri/ Red: Israr Itah
Achsanul Qosasih
Foto: antara
Achsanul Qosasih

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Presiden klub Madura United Achsanul Qosasi menyebutkan ada banyak pelajaran yang dapat diambil semua pegiat sepak bola Indonesia dari perjalanan satu musim Liga 1 2017 yang baru saja selesai. Menurut Achsanul, semua yang terlibat dalam sepak bola nasional baik itu PSSI, PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi, dan juga klub-klub peserta harus sama-sama memperbaiki diri agar sepak bola Tanah Air bisa lebih baik untuk ke depan.

"Ini kompetisi pertama setelah PSSI dibekukan, mulai lagi liga yang baru. Jadi Liga 1 2017 ini kita anggap sekolah yang baik untuk belajar dari kekurangan-kekurangan," kata Achsanul kepada Republika.co.id, Senin (13/11).

Satu yang paling diharapkan pria asli Madura itu untuk musim depan adalah perbaikan di tubuh PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi. Menurut Achsanul operator adalah kunci berjalannya kompetisi. Selama musim 2017 ini, Achsanul melihat PT LIB kerap inkonsisten dalam menerapkan aturan.

Aturan yang diberlakukan berubah-ubah dan tidak merata penerapannya ke beberapa klub. Inkonsisten yang dimaksudkan Achsanul juga soal pemberlakukan sanksi yang sesuai dengan aturan yang ada.

Selain PT LIB, Achsanul juga menyinggung kinerja Komisi Disiplin PSSI yang sepanjang tahun ini aktif dalam menjatuhkan sanksi kepada pelanggaran-pelanggaran yang terjadi selama kompetisi. Menurut Achsanul, orang-orang yang duduk di Komdis harus benar-benar paham dengan hukum dalam dunia olahraga. Menurut dia, hukum dalam olahraga tak bisa disamakan dengan hukuman umum seperti pidana dan perdata.

"Komdis itu harus orang-orang yang paham hukum olahraga. Ini beda dengan hukum pidana perdata. Jangan menghukum klub karena terbawa perasaan," ujar Achsanul.

Kemudian pria 51 tahun ini juga meminta transparansi dari PSSI dan PT LIB soal hak-hak klub. Misalnya dalam hak siar dan kompensasi yang diterima masing-masing klub.

Awalnya, kata Achsanul, hak siar akan dibagi rata untuk semua klub. Tapi kenyataannya, kata dia, televisi yang menjadi media partner Liga 1 tidak merata menayangkan siaran langsung. Sejumlah klub ada yang mendapat banyak kesempatan bertanding dengan siaran langsung. Beberapa klub malah hanya sedikit dan itu pun kalau partai tandang.

Televisi yang menyiarkan langsung siaran Liga 1 menurut Achsanul juga kerap menukar pertandingan yang akan mereka siarkan. Madura United, kata dia, pernah harus mengganti rugi kepada sponsor ketika pertandingan mereka tidak jadi disiarkan langsung. Kebijakan televisi yang seperti itu kata dia merugikan klub yang sudah menjalin kerja sama dengan sponsor.

"Katanya siaran bakal dibagi sesuai rating. TV itu harus diikat sesuai aturan, kalau tidak mau tidak usah dipakai, harus jelas biar kami enak membicarakan dengan sponsor," kata Achsanul menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement