REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan baru saja diwisuda sebagai doktor di Universitas Padjadjaran, pekan lalu. Dalam rombongan wisuda itu, Irfan merupakan lulusan terbaik dalam program doktoral dengan predikat pujian (summa cumlaude).
Irfan dinyatakan lulus sebagai doktor melalui sidang promosi doktor yang dipimpin langsung Rektor Unpad Pro DR med Tri Hanggono Achmad pada pertengahan Agustus 2017. Sementara proses wisuda atas kelulusan gelar doktor itu baru dilangsungkan di Gedung Graha Sanusi Hardjadinata, Universitas Padjadjaran, Kamis (9/11).
Tidak ada yang istimewa dari proses wisuda tersebut. Yang menarik di balik proses wisuda Irfan, yakni tema disertasi yang mengantarkan Irfan menyandang gelar S3. Pemimpin Bank Pembangunan Daerah (BPD) terbesar dan terbaik di Tanah Air itu, mengangkat tema disertasi ‘Model Strategi Bersaing: Studi Empiris pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia’.
Banyak kalangan menilai, tema disertasi Irfan sangat relevan dengan persoalan yang tengah dihadapi 26 BPD di Tanah Air. Banyak pihak mengkhawatirkan BPD akan tergerus oleh persaingan perbankan pada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2020. Disertasi Irfan bisa menjadi resep untuk mengantisipasi ancaman para BPD.
Melalui disertasinya, Irfan menggulirkan tiga variabel yang cocok dan tepat dijadikan model untuk mendongkrak kinerja BPD. Ketiga variabel, yakni adopsi teknologi, manajemen inovasi dan pengelolaan sumber daya perusahaan.
‘’Jika ketiga variabel itu dijalankan dengan komitmen tinggi dan konsisten, maka akan meningkatkan kinerja BPD dalam kurun waktu yang relatif singkat, yakni satu tahun,’’ ujar Irfan. Pria kelahiran Palembang 18 Desember 1963 itu menyebutkan, ketiga variabel itu merupakan kunci keberhasilannya dalam mendongkrak kinerja Bank BJB sehinga masuk dalam 15 bank nasional terbesar dan berkinerja baik di Tanah Air.
Data dari Bank BJB, menunjukkan, pada triwulan III 2017, Bank BJB berhasil membukukan aset senilai Rp 114,2 triliun atau tumbuh 12,5 persen year on year (yoy), dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 86,6 triliun atau tumbuh 18,6 persen yoy, serta laba bersih mencapai Rp 1,3 triliun.
Semua rumusan yang didapatkannya selama memimpin Bank BJB, kata dia, sengaja dituangkan dalam disertasi dan rumusan karya ilmiah yang dinamai ‘The Irfan Model’. Ketiga variable itu mutlak harus diberlakukan oleh BPD jika ingin tumbuh dan berkembang seperti Bank BJB.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi Jabar yang juga Tim Promotor Aldrin Herwany mengatakan, disertasi Ahmad Irfan merupakan solusi bagi BPD dalam menghadapi tantangan tahun 2020. Jika para BPD belum mengantisipasi persaingan 2020, tegas dia, maka kebanyakan BPD di Tanah Air akan ditinggal, karena tidak mampu menghadapi persaingan MEA.
‘’Relevansi disertasi Pak Irfan, yaitu memberi solusi agar BPD tetap kuat dan kompetitif,’’ ujar Aldrin. Pihaknya mengimbau regulator (OJK dan Kemendagri) mengadopsi rumusan ‘The Irfan Model’ untukdijadikan roadmap penanggulangan BPD.