REPUBLIKA.CO.ID, Nifak menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Sifat inilah yang sangat ditakuti oleh Hanzhalah ra. Begitu takutnya ia bila termasuk dalam golongan orang-orang munafik.
Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a, bahwa suatu ketika Hanzhalah dan para sahabat berada di majelis Rasulullah SAW. Beliau menasehati mereka mengenai sesuatu yang membuat hati mereka menjadi lembut dan air mata bercucuran. Seolah-olah mereka melihat hakikat yang sebenarnya. Selesai dari majelis Rasulullah SAW, Hanzhalah kembali ke rumah dan berkumpul dengan anak beserta istrinya.
Lalu mulailah mereka berbicara mengenai masalah dunia, seperti bercanda dengan anak-anaknya dan bermesraan dengan sang istri. Ketika itu keadaanya sangat berbeda jika dibandingkan ketika berada di majelis Rasulullah SAW. Maka, terlintas di dalam pikiran dan hatinya, “Keadaanku ternyata berbeda dengan keadaan pada waktu itu. Sebenarnya aku ini seorang munafik, sebab ketika di majelis Rasulullah SAW keadaanku berbeda dengan ketika berada di tengah anak dan isrtiku.”
Ia sangat kecewa ketika menyadari hal ini, dan sulit menerimanya. Dengan pikiran kalut, ia ke luar rumah seraya berkata, “Hanzhalah kamu telah munafik.” Saat itu Abu Bakar menyaksikan dan segera menghampirinya. Ia berkata kepada Abu Bakar ra, “Hanzhalah telah menjadi munafik.” Mendengar perkataan itu Abu Bakar ra tidak membenarkannya.
Kemudian Hanzhalah bercerita kepada Abu Bakar mengenai kegundahan yang ia alami. Abu Bakar ra menyahut, “Ya, hal itu juga terjadi pada kami (sahabat lainnnya).” Keduanya lantas menemui Rasulullah SAW.
Hanzhalah bercerita kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, jika kami berada di hadapanmu dan engaku menceritakan surga dan neraka kepada kami, seolah-olah keduanya berada di hadapan kami. Namun, jika kami berpisah dengan engkau dan bercanda dengan anak istri kami, maka apa yang terjadi dengan engkau kami lupakan.”
Rasulullah menjawab kegelisahan Hanzhalah ra, “Demi Dzat Yang nyawaku berada di tangan-Nya, jika setipa saat keadaanmu selalu seperti ketika bersamaku, maka para malaikat akan menjabat tanganmu di tempat tidurmu dan di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, demikianlah keadaannya. Terkadang seperti ini, terkadang seperti itu.” (Ihya’, Muslim)
Perkataan Rasulullah kepada Hanzhalah ra menyiratkan bahwa mengingat surga dan neraka adalah hal yang penting, namun manusia tetap memiliki keperluan hidup yang harus ditunaikan. Makan, minum, anak, istri, bahkan bercakap-cakap dengan mereka pun penting. Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana para sahabat sangat mengkhawatirkan setiap hal yang menyangkut urusan agama mereka.