REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Sekitar 43 warga sipil meninggal akibat serangan udara pada sebuah pasar di al-Atarib, Aleppo Barat, Suriah. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah menyusul masih banyak warga yang mengaku kehilangan anggota keluarga mereka.
Seperti diwartakan Aljazeera, Selasa (14/11) observatorium Hak Asasi Manusia Inggris yang berbasis di Suriah menyebut serangan itu dilakukan pesawat udara milik Suriah atau Rusia. Serangan tersebut menimbulkan kerusakan besar di kawasan tersebut.
Netanyahu Sebut Militer Israel akan Terus Gempur Suriah
Serangan udara tersebut diluncurkan dua pekan setelah perundingan damai di Astana antara Rsia, Turki dan Iran. Negosiasi tersebut menghasilkan aturan larangan terbang di empat zona seperti Idlib, Homs, Latakia, Aleppo dan Hama.
Rusia, Turki dan Iran sepakat untuk mengentian operasi militer termasuk serangan udara selama enam bulan. Namun, perjanjian tersebut tidak mengikutsertakan ekstrimis ISIS dan kelompok Hay''et Tahrir al-Sham.
Hay''et Tahrir al-Sham merupakan kelompok yang mendominasi kawasan Idlib dan merupakan aliansi anti pemerintah yang dibentuk pada Januari lalu. Sementara, lebih dari 2,5 juta warga dipercaya tinggal di keempat zona tersebut.
Konflik Suriah bermula dari demonstrasi terhadap pemerintah pada 2011 lalu dan berovolusi menjadi perang yang menyeret dunia internasional. Rusia hingga koalisi internasional yang dipimpin AS turut serta dalam perang tersebut. Menurut PBB, ratusan ribu orang terbunuh dan lebih dari 10 juta orang mengungsi akibat konflik.