REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Puluhan ribu warga Iran yang menjadi korban gempa bumi, telah menghabiskan malam kedua mereka di ruangan terbuka. Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter (SR) telah melanda perbatasan Iran-Irak dan menewaskan lebih dari 400 orang, pada Ahad (12/11) malam.
Para korban rela menerjang suhu dingin untuk mencari tempat perlindungan dengan meninggalkan rumah mereka. Sementara pihak berwenang Provinsi Kermanshah di Iran dan wilayah Kurdi di Irak masih mencoba menyalurkan bantuan ke zona gempa.
Pada Selasa (14/11), Iran telah mengumumkan hari berkabung nasional. Para pejabat menguraikan prioritas bantuan yang paling mendesak dan menggambarkan tingkat kerusakan yang cukup parah di beberapa daerah. "Kebutuhan mendesak masyarakat adalah tenda, air, dan makanan," kata pimpinan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, dikutip Arab News.
"Bangunan-bangunan baru dapat diangkat dengan mudah, tapi rumah-rumah tua telah hancur total," katanya saat berkunjung ke wilayah yang terkena dampak.
Jumlah korban tewas di Iran mencapai sedikitnya 413 orang dan 6.700 lainnya terluka. Sementara di wilayah Irak yang berpenduduk lebih jarang, kementerian kesehatan setempat mengatakan, delapan orang telah tewas dan beberapa ratus lainnya terluka.
AFP dan organisasi media asing lainnya belum diizinkan untuk mengunjungi lokasi bencana tersebut. Kantor berita resmi IRNA mengatakan 30 tim Bulan Sabit Merah telah dikirim ke daerah itu.
Para pejabat mengatakan, mereka telah mendirikan kamp-kamp bantuan untuk pengungsi. Sebanyak 22 ribu tenda, 52 ribu selimut, dan satu ton makanan serta air telah didistribusikan.
Ratusan ambulans dan puluhan helikopter militer dilaporkan juga telah bergabung dalam upaya penyelamatan. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan pemerintah dan angkatan bersenjata untuk mengerahkan semua kemampuan mereka.
Pada Senin (13/11) malam, para pejabat mengatakan semua jalan di Provinsi Kermanshah telah dibuka kembali. Namun kota yang paling parah terkena dampak, Sar-e Pol-e Zahab, dilaporkan gelap gulita tanpa arus listrik. Sedikitnya 280 orang tewas di kota tersebut yang menampung sekitar 85 ribu penduduk.
Beberapa desa hancur total di Kabupaten Dalahoo. Lima monumen bersejarah di Kermanshah mengalami kerusakan ringan, namun prasasti Behistun dari abad ketujuh SM yang terdaftar di UNESCO tidak terpengaruh.