REPUBLIKA.CO.ID, BONN -- Setelah absen di pembukaan Konferensi Bersama di bawah kerangka Konvensi Perubahan Iklim PBB (COP23-UNFCCC), delegasi AS menggelar kegiatan sampingan promosi batu bara ''bersih'' sebagai solusi mengurangi emisi.
Asisten Khusus Gedung Putih David Barks mengatakan, diskusi panel tersebut akan jadi kontroversial jika masyarakat global abai soal realitas sistem energi global. Akses universal terhadap energi harus bisa mengurangi kemiskinan dan mencapai tujuan pembangunan. Itu hanya bisa dicapai melalui bahan bakar fosil.
''Hanya fokus pada pengembangan energi surya dan angin itu naif. Dunia bisa mencapai tujuan mitigasi dan membantu perkembangan negara miskin dengan membuka akses energi lebih luas,'' ungkap Barks seperti dikutip Deutsche Welle, Senin (13/11).
Wakil Presiden Produksi Batu Bara dan Teknologi Emisi Peaboy Energy Corporation Holly Krutka mengatakan, ada teknologi yang bisa mengurangi emisi batu bara dan bahan bakar fosil lainnya. Titik utamanya adalah membuat bahan bakar tersebut lebih efisien dengan menerapkan sistem rendah emisi dan meningkatkan sistem penangkat karbon di pabrik. Dengan begitu, karbondioksida yang lepas ke atmosfer pun lebih sedikit.
Gubernur California Jerry Brown menyayangkan acara bertajuk ''Peran Bahan Bakar Fosil dan Nuklir yang Lebih Efisien dan Lebih Bersih dalam Mitigasi Iklim'' itu. Pada delegasi AS berdalih, promosi energi fosil yang lebih bersih jadi alasan akan AS tetap dapat mendulang untung dari industri bahan bakar fosil.
''Ini membuat suasana keruh. Mereka pikir ini lelucon,'' kata Brown.
Brown menilai, membawa perusahaan batu bara untuk mengajari Eropa bagaimana mendapat energi bersih adalah hal konyol.
Direktur riends of the Earth (FoE) Eropa, Jogada Munic mengatakan, acara semacam itu tak harusnya muncul dalam konvesi perubahan iklim. ''AS benar-benar provokatif. Tak ada tempat bagi bahan bakar fosil di masa depan,'' ungkap Munic.