REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Korban tewas akibat gempa di Iran terus bertambah. Hingga kini, korban tewas dilaporkan mencapai 530 orang, sedangkan korban luka mencapai 8.000 orang.
"Sedikitnya 530 orang tewas dan 8.000 lainnya terluka dalam gempa paling mematikan yang melanda Iran dalam satu dekade terakhir," kata kantor berita Iran IRNA dalam laporannya, Selasa (14/11).
Presiden Iran Hassan Rouhani telah mengunjungi daerah yang terdampak gempa paling parah, yakni Provinsi Kermanshah pada Senin (13/11) pagi waktu setempat. Dalam kunjungan tersebut, ia mengatakan akan berupaya untuk membantu para korban dalam waktu secepat-cepatnya.
“Pemerintah akan menggunakan semua kekuatannya untuk menyelsaikan masalah ini dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ujar Rouhani seperti dikutip dari Reuters.
Sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei, telah menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya bagi para korban tewas dan terluka akibat gempa. Ia pun memerintahkan agar semua instansi serta lembaga pemerintah melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk segera membantu dan menolong para korban.
Saat ini ribuan warga Iran tinggal di tenda-tenda darurat. Tak sedikit pula dari mereka yang memutuskan untuk melewati malam kedua pascagempa di area terbuka karena mencemaskan gempa susulan yang masih mungkin terjadi.
Gempa berkekuatan 7,3 skala richter melanda kawasan sekitar perbatasan Irak dan Iran, Ahad (12/11). Gempa yang melanda perbatasan Irak dan Iran terjadi secara beruntun.
Pada Ahad, sekitar pukul 21:15, gempa mulai melanda daerah Irak. Pada Senin (13/11), sekitar pukul 00:33, barulah gempa menghantam Iran. Gempa dilaporkan berpusat di Halabajah, 45 kilometer sebelah timur negara tersebut.
Hingga pukul 03:20 waktu setempat, Iran masih merasakan gempa susulan berkekuatan 4,5 skala richter. Dan pada pukul 7:27 pagi, Iran kembali diterjang gempa susulan berkekuatan 4,9 skala richter.