Rabu 15 Nov 2017 10:41 WIB

Isu Kudeta Zimbabwe dan Perseteruan Politik Mugabe

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
 Suasana di jalan raya Robert Mugabe di Harare, Zimbabwe, Rabu (15/11) dini hari.
Foto: AP/Tsvangirayi Mukwazhi
Suasana di jalan raya Robert Mugabe di Harare, Zimbabwe, Rabu (15/11) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Sedikitnya tiga ledakan terjadi di Ibu Kota Zimbabwe, Harare, Rabu (15/11) pagi waktu setempat. Ledakan ini kian memperkeruh situasi di Harare di tengah mencuatnya isu tentang adanya upaya kudeta yang dipimpin Panglima Pasukan Pertahanan Zimbabwe Jenderal Constantino Chiwenga.

Ledakan di Harare terdengar di dekat Universitas Zimbabwe. Kendati demikian, belum ada laporan pasti tentang sumber dan penyebab ledakan tersebut.

Jenderal Chiwenga telah memerintahkan personel militernya untuk menguasai Harare. Para tentara pun dilaporkan telah menduduki Zimbabwe Broadcasting Company (ZBC), stasiun penyiaran resmi milik pemerintah Zimbabwe.

Pergolakan yang saat ini tengah membekap Harare merupakan buntut perseteruan politik antara Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dengan Wakil Presiden Emmerson Mnangagawa. Pekan lalu, Mugabe memecat Mnangagwa dari jabatannya karena dituding merencanakan sebuah usaha pengambilalihan kekuasaan atas dirinya, termasuk menggunakan ilmu sihir.

Militer Serbu Ibu Kota, Ada Kudeta di Zimbabwe?

Mnangagwa, yang menikmati dukungan militer dan pernah dipandang sebagai calon presiden potensial, kemudian melarikan diri dari Zimbabwe. Ia mengatakan dirinya telah diancam. Di Zimbabwe sendiri, lebih dari 100 pejabat senior yang diduga mendukung Mnangagwa telah terdaftar melakukan indisipliner.

Pada Senin (13/11), Jenderal Chiwenga mengeluarkan sebuah pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia mengatakan pembersihan terhadap pejabat-pejabat senior di partai ZANU-PF, partai pimpinan Mugabe, harus dihentikan. Termasuk terhadap Mnangagwa, yang menurut Jenderal Chiwenga, telah berjuang untuk pembebasan Zimbabwe.

"Kita harus mengingatkan orang-orang di balik penipuan berbahaya ini ketika menyangkut masalah melindungi revolusi kita, militer tidak akan ragu untuk melangkah masuk," kata Jenderal Chiwenga dalam pernyataannya.

Pernyataan Jenderal Chiwenga tersebut dianggap sebagai sebuah tindakan pengkhianatan oleh partai ZANU-PF. Pada Selasa (14/11), ZANU-PF menyebut Jenderal Chiwenga melakukan tindakan tak masuk akal dan secara jelas mengganggu perdamaian serta stabilitas nasional. "(Pernyataan Jenderal Chiwenga) Ini juga dimaksudkan untuk menghasut pemberontakan," kata ZANU-PF.

Mugabe pernah memperingatkan agar militer tidak campur tangan dalam urusan politik suksesi. "Politik harus selalu memimpin senjata dan bukan politik senjata. Jika tidak, ini akan menjadi kudeta," katanya pada Juli lalu.

Saat ini Zimbabwe tengah dilanda frustrasi akibat ambruknya perekonomian di bawah pemerintahan Mugabe. Tahun lalu, negara ini dikoyak oleh demonstrasi anti-pemerintah terbesar dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Nama Mugabe dipekikan sebagai seorang diktator.

Di tengah kecemasan politik, publik Zimbabwe menggantungkan harapannya pada sosok Emmerson Mnangagwa. "Mnangagwa dielu-elukan oleh banyak orang sebagai harapan terbaik dalam ZANU-PF untuk mengemudikan pemulihan ekonomi," ungkap analis politik dari International Crisis Group Piers Pigou.

Namun harapan publik Zimbabwe dipatahkan oleh Mugabe, yakni dengan memecat Mnangagwa dan menudingnya merencanakan usaha pengambilalihan kekuasaan.

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement