REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdana Menteri Turki Binali Yildirim pada Selasa (13/11) mengecam AS karena mendukung kesepakatan yang diduga dicapai antara Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan ISIS di Ar-Raqqah di Suriah.
"Sebagian telah mengizinkan (pelaku teror IS) meninggalkan Ar-Raqqah dengan membawa senjata mereka dan bukan menghapuskan mereka dari kota tersebut," kata Yildirim selama pertemuan kelompok Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) di Parlemen di Ankara.
"Satu kelompok teror meninggalkan Ar-Raqqah dan satu lagi tinggal di dalamnya. Ini kah kebijakan rasional kalian?" demikian pertanyaan Yildirim sebagaimana dikutip Daily Sabah.
Yildirim menggaris-bawahi bahwa Turki telah berulangkali memperingatkan AS "agar tidak bekerjasama dengan kelompok teror guna memerangi kelompok teror lain". Ia mengatakan itu tidak pantas buat semua negara.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang didukung AS dan didominasi oleh anggota cabang kelompok Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Suriah --Partai Uni Demokratik (PYD) dan sayap bersenjatanya, YPG, mengumumkan pembebasan Ar-Raqqah, yang pernah menjadi "Ibu Kota" ISIS pada 17 Oktober.
Satu laporan BBC pada Senin mengatakan satu kesepakatan rahasia antara SDF dan IS membantu ribuan petempur Suriah dan asing serta keluarga mereka menyelamatkan diri dari Ar-Raqqah dengan membawa senjata dan amunisi mereka.
Menurut laporan tersebut, rombongan pengungsian itu terdiri atas hampir 50 truk dan 13 bus, selain lebih dari 100 kendaraan milik petempur ISIS. Sepuluh truk berisi senjata dan amunisi.
Juru bicara Pentagon pada Senin mengatakan kesepakatan tersebut adalah bagian dari "penyelesaian lokal bagi masalah lokal" dan Washington "menghormatinya".