REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sejumlah organisasi hak asasi manusia dan kelompok pemberi bantuan mengatakan, mereka khawatir akan berita Angkatan Laut Australia (RAN), baru-baru ini, menggelar latihan bersama mitra Arab Saudi mereka di Laut Merah.
RAN menggelar latihan itu sebagai bagian dari Operasi Manitou, operasi militer gabungan untuk menjaga keamanan maritim di Timur Tengah, yang telah dilakukan sejak lama.
Latihan bersama itu terjadi pada 14 Agustus, tak jauh dari lokasi di mana koalisi yang dipimpin Saudi memberlakukan blokade laut terhadap Yaman. Blokade itu menyebabkan kelangkaan makanan yang meluas, dengan tujuh juta orang di negara miskin itu kini berada di ujung wabah kelaparan yang tak pernah terjadi sebelumnya.
"Saya pikir begitu mengganggu untuk mendengar militer Australia melatih angkatan laut yang terlibat dalam blokade ini," kata Elaine Pearson, Direktur organisasi Human Rights Watch di Australia.
"Kita tahu koalisi pimpinan Saudi telah menunda dan mengalihkan kapal-kapal yang membawa bantuan hidup ke Yaman dan bantuan kemanusiaan jelas sangat dibutuhkan sekarang ini."
Pearson mengatakan, organisasinya akan meminta militer Australia untuk memberi penjelasan.
"Terserah militer Australia untuk menyediakan lebih banyak informasi tentang latihan seperti apa yang mereka berikan untuk Saudi -khususnya mengingat kekhawatiran kami tentang pelanggaran berulang terhadap hukum internasional yang dilakukan oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman."
Organisasi Oxfam, yang terlibat dalam aktivitas bantuan di Yaman, mengatakan bahwa berita latihan itu "sungguh mengkhawatirkan dalam konteks blokade penuh terhadap Yaman yang terus dilakukan oleh koalisi pimpinan Saudi."
"Oxfam akan menanyai Pemerintah Australia untuk informasi lebih lanjut. Kami khawatir terhadap apapun yang bisa terlihat seperti bantuan untuk implementasi blokade tersebut," ujar Rebecca Barber, Penasehat Kebijakan Kemanusiaan Oxfam di Melbourne.
"Blokade itu secara langsung bertentangan dengan sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB dan pernyataan pimpinan Dewan Keamanan yang menyerukan adanya akses kemanusiaan yang menyeluruh dan tak terhalang. Jadi blokade itu secara langsung berlawanan dengan resolusi Dewan Keamanan yang berlaku saat ini."
Tim Costello dari organisasi World Vision Australia mendesak Pemerintah Australia untuk membatalkan latihan militer dengan Saudi di masa depan, hingga blokade terhadap Yaman dicabut. "Langkah itu harus kita lakukan dalam soal menarik diri dari latihan militer bersama, dukungan, bantuan dan kolaborasi," ujar Costello.
"Hubungan apa pun, bahkan dalam operasi latihan gabungan, itu menodai kita."
Direktur eksekutif Asosiasi Pertahanan Australia, Neil James mengatakan ia berpendapat, waktu dan lokasi dari latihan gabungan itu menimbulkan teka-teki.
"Khususnya mengingat Saudi tengah terlibat dalam pertempuran di zona perang yang terpisah," sebutnya.
"Ada juga aspek persepsi yang anda berikan. Australia tak terlibat dalam konflik antara Arab Saudi dan negara-negara Teluk di Yaman. Dan kita harus menghindari koneksi apa pun."
Profesor Greg Barton dari Universitas Deakin mengatakan, Operasi Manitou telah berjalan sukses di tahun-tahun sebelumnya. "Saya pikir fakta militer Australia bekerja sama dengan militer Timur Tengah, khususnya di sekitar Teluk Persia dan Semenanjung Arab, bisa dimengerti dan begitu penting," jelasnya.
"Tapi itu tak berarti bahwa Australia tak bisa bersuara. Ada alasan bagus untuk menjadi sangat khawatir akan blokade ini. Saya pikir Australia tak akan mampu mengubah kebijakan luar negerinya dan kerjasama pertahanannya begitu saja. Tapi tentu saja Australia bisa bersuara dan berpendapat sebagai seorang kawan sebagai seorang sekutu, kita ingin menyampaikan kekhawatiran masyarakat global."
Angkatan Pertahanan Australia belum menjawab pertanyaan ABC tentang rincian latihan gabungan tersebut dan apakah ada rencana latihan gabungan dengan Angkatan Laut Arab Saudi di masa mendatang.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.