Rabu 15 Nov 2017 13:49 WIB

Militer Zimbabwe Rebut Televisi Pemerintah

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara bersenjata Zimbabwe duduk di atas tank di Harare, Zimbabwe, Rabu dini hari (15/11).
Foto: AP/Tsvangirayi Mukwazhi
Tentara bersenjata Zimbabwe duduk di atas tank di Harare, Zimbabwe, Rabu dini hari (15/11).

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE--- Militer Zimbabwe menyita TV negara bagian dan memblokir akses ke kantor pemerintah di ibu kota Harare.

 Seperti dilansir Aljazirah, Rabu (15/11), dalam sebuah pidato di televisi pada Rabu pagi, juru bicara militer, Mayor Jenderal SB Moyo, mengatakan tentara berusaha untuk menenangkan situasi degenerasi, sosial, dan ekonomi di negara tersebut.
 
Moyo membantah tentara melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Robert Mugabe dan mengatakan pemimpin dan keluarganya dalam keadaan baik-baik saja dan keamanan mereka terjamin.
 
"Kami hanya menargetkan penjahat di sekitarnya yang melakukan kejahatan yang menyebabkan penderitaan sosial dan ekonomi di negara tersebut, untuk membawa mereka ke pengadilan," katanya.
 
Juru bicara militer mengatakan begitu tujuannya tercapai, situasi di negara tersebut akan kembali normal. Ia pun meminta warga Zimbabwe untuk melanjutkan kehidupan mereka seperti biasa.
 
"Kepada kaum muda, kami meminta Anda untuk menyadari bahwa masa depan negara adalah milik Anda, jangan terpikat oleh koin perak yang kotor, berdisiplin dan tetap berkomitmen terhadap etos dan nilai-nilai dari bangsa besar ini," katanya.
 
Saat ini situasi di kota tersebut sangat tegang dengan pasukan yang berpatroli di wilayah sipil. Jalan-jalan kosong dan orang-orang tidak bekerja karena takut akan apa yang sedang terjadi.
 
Seorang analis kebijakan Afrika yang berbasis di Washington, Nii Akuetteh mengatakan militer tidak ingin menggambarkan tindakan mereka sebagai kudeta agar tidak menarik oposisi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement