Rabu 15 Nov 2017 16:11 WIB

Kereta MRT di Singapura Tabrakan

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Police Line
Foto: [ist]
Police Line

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sebanyak 28 orang terluka setelah sebuah kereta MRT bertabrakan dengan kereta lainnya di Stasiun Joo Koon pada Rabu (15/11) pagi.

Seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (15/11), dalam sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh SMRT dan LTA dijelaskan sebuah kereta yang menuju ke arah stasiun Tuas Link terhenti di Stasiun Joo Koon pada pukul 8.18 pagi.

Semenit kemudian, kereta kedua berhenti di belakang kereta tersebut. "Pukul 8.20 pagi, kereta kedua bergerak maju tanpa diduga, dan bertabrakan dengan kereta api pertama," kata pernyataan tersebut.

SMRT dan LTA menambahkan mereka sedang menyelidiki inisiden tabrakan ini. Sebanyak 23 tiga penumpang dan dua staf MRT menderita luka-luka akibat insiden ini. Korban luka telah dilarikan ke Rumah Sakit Ng Teng Fong dan Rumah Sakit Universitas Nasional (NUH).

"Kementerian Perhubungan, Otoritas Transportasi Darat (LTA) dan SMRT menghubungi penumpang yang terluka ini untuk menawarkan bantuan yang diperlukan," kata LTA dan SMRT dalam sebuah pernyataan bersama.

Seorang juru bicara Rumah Sakit Ng Teng Fong mengatakan, di antara 10 orang yang terluka di rumah sakit tersebut, dua di antaranya menderita luka parah.

Sekitar pukul dua siang atau lebih dari lima jam setelah tabrakan kereta api, SMRT mengumumkan bahwa layanan kereta api antara stasiun Boon Lay dan Tuas Link di kedua arah akan ditangguhkan selama dua jam.

"Ini untuk memudahkan evakuasi kedua kereta api yang terlibat dalam insiden pagi ini di stasiun MRT Joo Koon. Kami melakukan semua yang kami bisa untuk memulihkan layanan dengan aman dan cepat," kata operator kereta di akun media sosial.

Tabrakan kereta MRT terakhir kali terjadi lebih dari dua dekade yang lalu atau lada 1993 yang mengakibatkan 156 penumpang yang terluka. Panel penyelidikan independen menemukan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh tumpahan minyak dari lokomotif perawatan yang sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan.

Setelah temuan tersebut, SMRT merevisi prosedur operasinya untuk meminta staf memeriksa jalur untuk minyak, dan jika terjadi tumpahan minyak, kereta api di stasiun yang mendahului tumpahan tidak akan bergerak sampai kereta api di depan meninggalkan stasiun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement