Rabu 15 Nov 2017 23:08 WIB

Mengenang Kemuliaan Hati dan Keberanian Salahudin

Red: Agung Sasongko
Yerusalem
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penaklukan Yerusalem oleh Salahudin digambarkan Karen Amstrong dalam bukunya Perang Suci, tak ada satu orang Kristen pun yang dibunuh. Tak apa pula perampasan harta benda. ''Jumlah tebusan pun disengaja sangat rendah. Salahuddin menangis tersedu-sedu karena keadaan mengenaskan akibat keluarga-keluarga yang hancur terpecah-belah. Dna ia pun membebaskan banyak dari mereka, sesuai imbauan Alqur'an,'' papar Amstrong.

Keadilan dan kenegarawanan Salahudin pun membuat umat Nasrani yang tinggal di Yerusalem saat itu berdecak kagum. Seorang tua penganut Kristen pun bertanya kepada Salahudin. ''Kenapa tuan tidak bertindak balas terhadap musuh-musuhmu?''

Salahudin menjawab, ''Islam bukanlah agama pendendam bahkan sangat mencegah dari melakukan perkara diluar perikemanusiaan, Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf dan melupakan kekejaman musuh ketika berkuasa walaupun ketika musuh berkuasa, umat Islam ditindas.''

Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati orang tua itu. Ia pun kemudian berkata, ''Sungguh indah agama tuan! Maka diakhir hayatku ini, bagaimana untuk aku memeluk agamamu?'' Salahudin pun berkata, ''Ucapkanlah dua kalimah syahadah.'' Kemuliaan akhlak Salahudin juga tergambar dalam film Kingdom of Heaven besutan sutradara Ridley Scott, ketika dia mengangkat salib yang jatuh tergeletak di tanah dan menempatkan kembali pada tempatnya.