REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) menyebut Indonesia menjadi objek studi keislaman inklusif bagi dunia. Wajar bila kemudian Indonesia merupakan negara tujuan bagi studi ilmu-ilmu agama. Hal itu disebabkan, Indonesia memiliki model keislaman inklusif dan kaya lembaga pendidikan bermutu.
Direktur Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin dalam konferensi pers penyelenggaraan Pameran Pendidikan Islam Internasional (IIEE) di Kemenag, Jakarta menyebut, selama ini studi Islam banyak berkiblat ke Arab Saudi dan barat. Namun, dia memastikan, Indonesia berani memperbandingkan konsep dan mutu pendidikan Islam Tanah Air lebih berkualitas.
"Indonesia memiliki 600 pendidikan tinggi Islam, 75 ribu madrasah tingkat menengah, dan 28 ribu pesantren. Sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, Indonesia relatif stabil dan minim masalah terorisme," katanya, kemarin.
Selama ini, dia meyakini, Indonesia berhasil mengembangakan keislaman moderat berdasarkan keberagaman etnis, budaya, dan agama. Indonesia berhasil hidup berdampingan secara damai dan harmonis dalam keberagaman. "Sangat berbeda dengan keislaman di Arab dan Afrika yang lebih labil," ujar dia.
Menurut Kamaruddin, Indonesia layak mendapatkan pengakuan sebagai salah satu pusat peradaban Islam dunia. Pun keislaman Indonesia, diperkuat berbagai organisasi kemasyarakatan yang saling mendukung membentuk Islam nusantara yang moderat, ramah, dan aplikatif.