REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan kuliah umum di hadapan civitas akademika Fakultas Studi Kebijakan Universitas Chuo, Jepang. Kuliah umum digelar di Aula Dekanat Chou University. Pada salah satu perguruan tinggi tertua di Jepang ini, sedikitnya ada 150 mahasiswa Indonesia. Mantan Menteri Perindustrian Rahmat Gobel adalah salah satu alumninya.
Di hadapan civitas akademika Universitas Chuo, Lukman menjelaskan, tentang kehidupan keberagamaan di Indonesia. Dia mengawalinya dengan menjelaskan demografi Indonesia sebagai negara besar dengan lebih 250 juta penduduk yang tersebar di sekitar 17 ribu pulau dengan ratusan bahasa lokal. Sekitar 87 persen penduduknya beragama Islam.
"Meskipun mayoritas Muslim, tapi Indonesia bukan negara Islam. Indonesia bukan juga negara sekular yang memisahkan antara negara dan agama," katanya, kemarin.
"Indonesia adalah negara bangsa yang menempatkan agama pada posisi penting hingga tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan," imbuhnya.
Menurut Lukman, agama di Indonesia menjadi perekat keragaman. Di tengah tantangan masa kini yang semakin kompleks, dia mengajak, umat untuk melihat sisi dalam agama, yaitu substansi agama yang bersifat universal.
Dari situ, setiap umat diharapkan dapat menemukan titik temu dalam keberagamaan sehingga tercipta kerukunan. Sebagai Menag, Lukman bertanggung jawab atas kehidupan dan kerukunan umat beragama.
Dekan Fakultas Manajemen Publik Universitas Chuo Shozaburo Sakai menilai, kuliah umum kali ini sangat strategis. Menurutnya, Islam belum banyak dipahami masyarakat Jepang. Karenanya, momen ini akan sangat bermanfaat.
Shozaburo berharap, kegiatan ini akan mempererat persahabatan sehingga antarpihak bisa memahami satu sama lain.
Di akhir pertemuan, Menag diminta untuk memberikan pesan dan kesan kepada mahasiswa yang hadir. Dalam pesannya Menag menyampaikan, para mahasiswa agar belajar lebih giat lagi supaya kelak dapat menjadi pemimpin Jepang di masa mendatang dan dapat ikut ambil bagian untuk dunia yang lebih maju dan damai.
Kuliah umum ini diikuti sekitar 80 mahasiswa yang mengambil studi kebijakan. Di Universitas Chuo, studi kebijakan mulai dibuka sejak 1993 dan terdiri dari dua jurusan, kebijakan internal dan kebijakan internasional.