Kamis 16 Nov 2017 12:39 WIB

Guterres Minta Pergolakan di Zimbabwe Selesai dengan Damai

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
 Antonio Guterres
Foto: Reuters
Antonio Guterres

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres merespons ketegangan dan pergolakan yang tengah berlangsung di Zimbabwe. Ia meminta semua pihak terkait di negara tersebut tenang dan menghindari aksi kekerasan.

"Guterres menekankan pentingnya menyelesaikan perbedaan politik melalui cara dan dialog damai, serta sesuai dengan konstitusi negara," ungkap wakil juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Farhan Haq, Kamis (16/11).

Haq tak ingin berspekulasi tentang apa yang akan terjadi di Zimbabwe. Sebab saat ini masih terjadi ketidakpastian politik. Kendati demikian, ia yakin rekan dan mitra PBB di Zimbabwe masih dapat menyelesaiakan pekerjaan mereka.

Personel militer Zimbabwe telah menguasai Ibu Kota Harare pada Rabu (15/11). Pengerahan pasukan ke Harare memicu dugaan tentang adanya aksi kudeta yang dipimpin Panglima Pasukan Keamanan Zimbabwe Jenderal Constantino Chiwenga terhadap Presiden Robert Mugabe. Namun dugaan tersebut segera dibantah militer Zimbabwe.

Dalam pernyataannya, militer Zimbabwe mengklaim, pengerahan pasukan ke Harare tidak bertujuan menggulingkan pemerintahan Mugabe, melainkan hanya mengincar dan memburu penjahat yang ada di sekelilingnya.

"Kami hanya menargetkan kriminal di sekitarnya yang melakukan kejahatan dan menyebabkan penderitaan sosial serta ekonomi di negara ini. Segera setelah kami menyelesaikan misi ini, kami berharap situasinya akan kembali normal," kata seorang jenderal militer Zimbabwe dalam pengumumannya yang disiarkan Zimbabwe Broadcasting Company (ZBC).

Pergolakan yang saat ini tengah membekap Harare merupakan buntut perseteruan politik antara Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dengan Wakil Presiden Emmerson Mnangagawa. Pekan lalu, Mugabe memecat Mnangagwa dari jabatannya karena dituding merencanakan sebuah usaha pengambilalihan kekuasaan atas dirinya.

Mnangagwa, yang menikmati dukungan militer dan pernah dipandang sebagai calon presiden potensial, kemudian melarikan diri dari Zimbabwe. Ia mengatakan bahwa dirinya telah diancam. Di Zimbabwe sendiri, lebih dari 100 pejabat senior yang diduga mendukung Mnangagwa telah terdaftar melakukan indisipliner.

Pada Senin (13/11), Jenderal Chiwenga mengeluarkan sebuah pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia mengatakan pembersihan terhadap pejabat-pejabat senior di partai ZANU-PF, partai pimpinan Mugabe, harus dihentikan. Termasuk di dalamnya Mnangagwa, yang menurut Jenderal Chiwenga, telah berjuang untuk pembebasan Zimbabwe.

"Kita harus mengingatkan orang-orang di balik penipuan berbahaya ini bahwa ketika menyangkut masalah melindungi revolusi kita, militer tidak akan ragu untuk melangkah masuk," kata Jenderal Chiwenga dalam pernyataannya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement