Kamis 16 Nov 2017 14:21 WIB

Muhammadiyah Gelar Milad ke-105 di Kraton Yogyakarta

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir Nasir, pengurus PP Muhammadiyah serta panitia milad Muhammadiyah ke-105 bersilaturahim dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta , Rabu (15/11l. Pada kesempatan ini Haedar mengatakan akan memberikan award kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X pada resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jum'at malam (17/11)
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir Nasir, pengurus PP Muhammadiyah serta panitia milad Muhammadiyah ke-105 bersilaturahim dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta , Rabu (15/11l. Pada kesempatan ini Haedar mengatakan akan memberikan award kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X pada resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jum'at malam (17/11)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Milad Muhammadiyah ke-105 tahun dalam hitungan masehi yang jatuh pada 18 November 2017 akan dilaksanakan di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan, inisiatif sepenuhnya berasal dari Pimpinan Pusat, tanpa ada pertimbangan politik apapun.

"100 persen inisiatif lahir dari Muhammadiyah, tidak ada pertimbangan politik, murni karena kita ada di Yogyakarta, lahir di Yogyakarta, menjadi bagian pilar Yogyakarta, rasanya perlu menyelenggarakannya di tempat sendiri," kata Haedar, saat konferensi pers Milad Muhammadiyah, Kamis (16/11).

Ia mengatakan Muhammadiyah secara natural memang tidak pernah anti kepada kebudayaan. Kraton memahami Muhammadiyah memiliki alam pikiran yang modern dan sebagainya, tapi tidak akan memandang Muhammadiyah sebagai oposisi terhadap Kraton. Seirama, Muhammadiyah memahami jika Kraton memiliki pegangan-pegangan tradisi, dan dua-duanya senantiasa membangun pemahaman bersama.

"Konteks kebangsaan itu luas, kita sering sebut Indonesia utuh dan bersatu, nah utuh dan bersatu itu jangan diasumsikan tanpa dinamika perbedaan, selalu ada riak tapi yang penting ada posisi yang bisa kita perdamaikan, jangan Kraton dan Muhammadiyah, Kraton dengan kebangsaan saja pasti ada perbedaan," ujar Haedar.

Senada, Ketua Panitia Milad ke-105 Muhammadiyah, Heri Yudianto menuturkan, ini pertama kali ada penghargaan yang diberikan kepada tokoh-tokoh yang berasal dari luar Muhammadiyah. Karenanya, secara garis besar, rangkaian Milad Muhammadiyah tahun ini memang digelar dengan balutan kebudayaan.

Untuk itu, ia menegaskan, Milad Muhammadiyah bukan merupakan peringatan yang diselenggarakan secara internal untuk Muhammadiyah saja. Maka itu, tamu-tamu yang diundang pun berasal dari ormas-ormas dan partai-partai seluruh Indonesia, karena memang tujuannya yaitu merekat kebersamaan.

"Award itu untuk tokoh-tokoh yang kita anggap mempunyai jasa-jasa terhadap pergerakan Muhammadiyah. Pemberian penghargaan kepada Sri Sulta Hamengku Buwono X, sebagai perwakilan dari Kraton Yogyakarta," kata Heri.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement