Kamis 16 Nov 2017 14:34 WIB

KKB adalah Anak Kandung Republik Indonesia yang Nakal

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Agus Yulianto
Ketua Komite I DPD Akhmad Muqowam (kedua kiri) bersama Direktur Eksekutif LIMA Ray Rangkuti (kedua kanan) dan Anggota Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (BPKK) DPD Charles Simaremare (kiri) memberikan pemaparan saat berdiskusi di Kompleks Parlemen, J
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Komite I DPD Akhmad Muqowam (kedua kiri) bersama Direktur Eksekutif LIMA Ray Rangkuti (kedua kanan) dan Anggota Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (BPKK) DPD Charles Simaremare (kiri) memberikan pemaparan saat berdiskusi di Kompleks Parlemen, J

REPUBLIKA.CO.ID, Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Provinsi Papua Charles Simaremare mengungkapkan, upaya terbaik untuk menghadapi kelompok kriminal bersenjata (KKB) adalah melalui meja perundingan. Pasalnya, menurut senator yang terpilih dengan 394.138 suara ini, KKB sejatinya merupakan bagian dari anak bangsa.

"Mereka ibarat anak kandung republik ini sendiri yang sedikit nakal, karena kurang diperhatikan, lalu mau kabur tinggalkan rumah," kata Charles pada Republika.co.id, menganalogikan KKB Papua, Kamis (16/11).

Menurut dia, konflik yang terjadi di Tembagapura Papua itu dapat diselesaikan melalui perundingan dari kedua belah pihak. Hal ini untuk menghindari jatuhnya korban dari semua pihak. "Kan dia anak kita, mari kita rangkul, 'mama akan belikan kamu motor, tapi kamu harus belajar baik-baik.' Pendekatan seperti itu," kata Charles.

Charles mengatakan, pihaknya telah berupaya melakukan audiensi dengan polres setempat dan pemerintah daerah setempat. Charles mengungkapkan, banyaknya anggota keluarga yang resah lantaran anggota keluarganya tak kunjung pulang. "Ada yang keluarganya tidak kunjung balik, itu mereka menantikan," ujarnya.

Pemerintah Mimika sendiri, menurut Charles, telah membuat upaya pendekatan lewat beberapa utusan. Namun, menurut Charles KKB belum mau menerima utusan tersebut sepenuhnya. "Mereka (KKB) sepertinya tidak begitu yakin yah sama utusan, ideologis berbeda. Belum ada (perkembangan), ada yang diutus ternyata tidak mampan," kata dia.

Meski demikian, Charles menyarankan, sebaiknya upaya diplomatik tidak berhenti begitu saja. Namun, diteruskan dengan harapan, para utusan dapat membuka peluang setidaknya untuk pemerintah dan perwakilan KKB mendengarkan permintaan masing-masing.

"Coba utusan itu dibekali pemerintah Indonesia untuk membuka dialog komprehensif yang mendasar antara kelompok pemerintah daerah dan pusat dengan sipil bersenjata, membuka jalan berbicara dari dua belah pihak," pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement