Jumat 17 Nov 2017 00:03 WIB

Thailand akan Bangun Pabrik Senjata Gabungan dengan Cina

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
 Prajurit Thailand berpatroli di pusat perbelanjaan kota Bangkok, Ahad (1/6), untuk mencegah aksi unjuk rasa antikudeta militer.  (AP/Sakchai Lalit)
Prajurit Thailand berpatroli di pusat perbelanjaan kota Bangkok, Ahad (1/6), untuk mencegah aksi unjuk rasa antikudeta militer. (AP/Sakchai Lalit)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Badan teknologi pertahanan Thailand berencana mendirikan sebuah pusat bersama dengan Cina untuk memproduksi dan memelihara peralatan militer dalam upaya penguatan keamanan sejak kudeta Thailand 2014.

Menurut juru bicara kementerian pertahanan Thailand, Institut Teknologi Pertahanan pemerintah Thailand (DTI) akan mendirikan fasilitas pertahanan komersial pertama bersama Cina di provinsi timur laut Khon Kaen pada Juli. Kerja sama ini meliputi perakitan, produksi dan pemeliharaan sistem senjata darat Cina untuk tentara Thailand.

"Semua produksi kami akan digunakan untuk pemakaian resmi dalam negeri. Hal itu bisa menjadi pusat perakitan dan pemeliharaan untuk semua negara bagian di Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)," ujar juru bicara kementerian pertahanan Kongcheep Tantravanich.

Perincian spesifik, katanya, menjadi subyek diskusi lebih lanjut antara kementerian dan Cina North Industries Corporation (NORINCO) yang membuat tank dan senjata di antara alat berat lainnya. Kongcheep mengatakan orang-orang Cina akan memberikan pelatihan dan transfer teknologi, namun rincian personil Cina di Khon Kaen akan dibahas lebih lanjut.

NORINCO belum menyampaikan komentarnya terkait hal ini. Situsnya menggambarkan NORINCO sebagai pelopor dan pemimpin perdagangan militer Cina, dan sebuah tim penting untuk menerapkan strategi Going Global Cina.

Kementerian Pertahanan Cina juga belum menyampaikan komentarnya.

Cina telah menjadi sumber senjata yang semakin penting bagi Thailand, terutama sejak Amerika Serikat dan negara-negara Barat menurunkan hubungan setelah tentara merebut kekuasaan pada 2014. Pembelian utama sejak 2015 mencakup pesanan untuk 49 tank Cina dan 34 kendaraan lapis baja senilai lebih dari 320 juta dolar AS. Angka ini lebih banyak daripada yang dibeli tentara dari negara lain.

Pembelian dari Cina terbesar adalah pesanan Royal Thai Navy untuk tiga kapal selam dengan biaya di atas satu miliar dolar AS. Tentara Thailand dan Cina serta angkatan udara telah memulai latihan gabungan, melengkapi latihan Thailand yang terus berlanjut dengan pasukan AS. Untuk hal sipil, Thailand dan Cina merencanakan pengembangan rel kereta api berkecepatan tinggi sebagai bagian dari inisiatif Belt and Road di Beijing.

Peneliti militer Thailand dan keamanan regional,Paul Chambers mengatakan pusat manufaktur senjata gabungan di Khon Kaen tampaknya serupa dengan yang ada di Pakistan dapat melengkapi kehadiran militer Cina di negara tetangga Kamboja.

"Ini membuka pintu bagi potensi pertumbuhan pengaruh militer Cina di daratan Asia Tenggara," kata Chambers dari Universitas Naresuan di provinsi Phitsanulok, Thailand utara.

Perundang-undangan baru yang mulai berlaku tahun depan akan memungkinkan Institut Teknologi Pertahanan Thailand beroperasi secara komersial, namun tetap berada di bawah kepemilikan pemerintah. Kementerian Pertahanan Thailand mengatakan pemerintah juga mengadakan diskusi pendahuluan dengan Ukraina, Rusia dan Afrika Selatan mengenai fasilitas manufaktur pertahanan bersama, serupa dengan kesepakatan dengan Cina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement