REPUBLIKA.CO.ID, MOKPO -- Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengingatkan apabila terjadi peperangan antara Korea Selatan dan Korea Utara, maka yang dirugikan adalah masyarakat kedua negara sehingga langkah reunifikasi dan perdamaian harus selalu diutamakan di antara keduanya.
"Satu hal yang harus menjadi kesadaran kita bersama, apabila konflik Korea Selatan dan Korea Utara semakin mengeras, apabila konflik itu sampai berujung pada peperangan, harus kalian ingat yang paling dirugikan dan paling menderita adalah rakyat Korea Selatan dan Korea Utara sendiri," kata Megawati di Universitas Nasional Mokpo (MNU), Korsel, Kamis.
Hal itu dikatakannya saat memberikan pidato usai menerima gelar Doktor Honoris Causa dari MNU di bidang demokrasi ekonomi. Dia menegaskan, Demokrasi Pancasila telah membimbingnya untuk terus menyuarakan perdamaian dunia. Karena itu, ia tidak akan menyerah untuk terus terlibat dalam upaya mencari penyelesaian konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara.
"Saya menentang pihak mana pun yang memanfaatkan situasi di kedua negara dengan memperuncing perseteruan. Saya menentang pihak mana pun, yang dengan berbagai dalih, lalu mengintervensi kedaulatan kedua negara," ujarnya.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu mengatakan pilihan dirinya tidak akan pernah berubah yaitu memilih bersama dengan rakyat Korea Selatan dan Korea Utara untuk terus mengupayakan perdamaian kedua negara.
Dia mengingatkan kedua negara sesungguhnya bersaudara dan satu rumpun sehingga semua harus meyakini bahwa selalu ada jalan keluar jika memilih jalan dan cara damai dalam menyelesaikan konflik dan sengketa.
"Dalam perjuangan untuk perdamaian yang saya lakukan, saya selalu sisipkan doa bagi rakyat kedua negara. Semoga perang tidak akan pernah terjadi dan semoga perdamaian yang akan selalu terjadi," ujarnya.
Dia optimis upaya reunifikasi korea bisa terwujud dan perang bisa terhindari karena keduanya pasti memahami mengapa mereka dipecah sejak abad ke-20 karena alasan politik.
Sebelumnya, Megawati saat bertemu Perdana Menteri Korea Selatan Lee Nak-yon, di Gwanghwamun, Rabu (15/11) pagi, juga mengungkapkan harapannya agar Korea Selatan dan Korea Utara menggunakan upaya damai dan menempuh rekonsiliasi untuk mengatasi sebuah permasalahan.