Jumat 17 Nov 2017 08:41 WIB

Konspirasi Mossad Membunuh Insinyur Penerbangan Hamas

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Hamas
Hamas

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Hamas menyalahkan badan intelijen nasional Israel, Mossad, atas pembunuhan salah satu anggotanya yang berasal dari Tunisia, Mohammed al-Zawari. Tuduhan ini dilayangkan setelah dilakukan penyelidikan selama 11 bulan.

Al-Zawari, yang menjabat sebagai komandan sayap bersenjata Brigade Al Qassam sejak 2006, ditembak mati beberapa kali di dalam mobilnya, pada 15 Desember 2016. Saat itu ia sedang berada di luar rumahnya di dekat Sfax, 270 km di tenggara Tunisia.

Hamas segera membentuk komite investigasi setelah pembunuhan tersebut. Dalam sebuah konferensi pers di Beirut pada Kamis (16/11), anggota politbiro Hamas Mohammed Nazzal menyebut aksi Mossad itu sebagai tindakan terorisme.

"Mossad secara resmi dituduh berada di balik pembunuhan, yang bukan hanya dianggap sebagai tindakan teroris, tapi juga pelanggaran kedaulatan negara," kata Nazzal, dikutip Aljazirah.

Menurut Hamas, al-Zawari yang telah berusia 49 tahun adalah seorang insinyur penerbangan yang bekerja untuk pengembangan pesawat tak berawak. Hamas mempercayakan dia untuk mengembangkan pesawat tak berawak "Ababeel" yang digunakan dalam serangan terakhir Israel di Jalur Gaza pada musim panas 2014.

Laporan investigasi penuh, yang dipublikasikan di situs Hamas, mencakup rincian bagaimana pembunuhan tersebut direncanakan dengan cermat pada 2015. Rencana itu memiliki tiga tahap dan melibatkan 12 individu.

Dua orang yang melakukan pembunuhan al-Zawari memiliki paspor Bosnia. Salah satunya, yang bernama Chris Smith, telah mendaftarkan diri di Sekolah Teknik Nasional Tunisia, universitas yang sama tempat al-Zawari belajar untuk mendapatkan gelar pascasarjana.

Laporan tersebut mengatakan Smith telah memberi tahu universitas bahwa dia ingin mengamati inovasi pesawat tak berawak. Ia juga telah menawari al-Zawari sebuah proyek, yang diduga didukung oleh Uni Eropa, untuk dikerjakan. Namun Al-Zawari menolaknya karena curiga.

Nazzal mengatakan Hamas memiliki badan hukum dan akan menyampaikan laporan investigasi mereka untuk bisa melanjutkan temuan tersebut. "Saya meyakinkan Anda bahwa tim hukum akan memeriksa ini. Kami akan mempertimbangkan pilihan untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap Israel," ujar Nazzal.

Nazzal juga mengatakan Hamas bertanggung jawab untuk berkoordinasi dengan pihak berwenang Tunisia mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keamanan nasional negara tersebut, termasuk dalam menghadapi musuh Zionis.

"Tunisia juga memiliki informasi mengenai penyelidikan ini. Kepentingan nasional dan stabilitasnya sangat penting bagi kami. Karena Zionis dapat mengulangi perbuatannya sekali lagi, dan karena itu kami bertanggung jawab atas keamanan Tunisia - dan kami akan berada di negara Arab lainnya," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement