REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dikabarkan menolak segera turun, dari jabatannya meski sudah ada seruan untuk mengundurkan diri. Kemungkinan pemakzulan akan segera diterapkan jika ia tetap bersikeras dengan pendiriannya.
Menurut sumber senior dari partai yang berkuasa di Zimbabwe, ZANU-PF, para pemimpin partai tersebut bertemu pada Jumat (17/11) untuk merancang sebuah resolusi memberhentikan Mugabe pada akhir pekan ini jika dia tetap menolak mundur. Kemudian partai itu akan memberikan dasar pemakzulannya pada pekan depan.
"Tidak ada jalan kembali. Jika dia masih keras kepaa, kami akan mengatur agar dia dipecat pada Ahad. Kalau sudah selesai, pemakzulan resminya pada Selasa," kata sumber yang tidak disebutkan namanya tersebut.
Mugabe telah menjadi tahanan rumah di Harare, ibu kota Zimbabwe. Dalam sebuah pidato di televisi, juru bicara militer Jenderal SB Moyo mengatakan tentara sedang berusaha menenangkan situasi degenerasi, sosial dan ekonomi di negara tersebut.
Moyo membantah militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan Mugabe. Ia mengatakan pemimpin dan keluarganya dalam keadaan baik-baik saja, dan keamanan mereka terjamin. Selain itu, dia juga mengatakan begitu misinya selesai, situasi di negaranya akan kembali normal.