Sabtu 18 Nov 2017 05:40 WIB
Berbai’at kepada Rasulullah SAW di Bai’tul Aqabah

Perempuan Ini Semangat Melawan Kafir di Perang Uhud

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Jamaah berziarah ke makam Hamzah dan syuhada Perang Uhud di sekitar Gunung Uhud, Madinah, Arab Saudi (Ilustrasi)
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Jamaah berziarah ke makam Hamzah dan syuhada Perang Uhud di sekitar Gunung Uhud, Madinah, Arab Saudi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ummu Umarah Anshariyah r.ha adalah perempuan yang sangat pemberani. Di medan perang ia tak gentar melawan musuh-musuh Islam. Meski, ia adalah seorang perempuan dan mayoritas lawannya adalah laki-laki. Di usia yang ke 43 tahun, ia ikut bertempur dalam perang Uhud dan meninggalkan luka yang begitu parah di pundaknya.

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa ia termasuk perempuan yang masuk Islam pada masa awal.  Ia telah ikut berbai’at kepada Rasulullah SAW di Bai’tul Aqabah. Ummu Umarah r.ha masuk Islam dengan sembunyi-sembunyi, sebab pada masa itu orang-orang musyrik dan kafir sering menyakiti kaum muslimin.

Banyak orang yang datang dari Madinah ke Makah pada musim haji. Dan di lembah Mina, mereka masuk Islam secara diam-diam. Ummu Umairah r.ha termasuk rombongan ketiga yang datang dari Madinah ke Makah, kemudian memeluk Islam di tempat itu. Setelah hijrah, ia sering ikut berperang bersama kaum Muslimin, khusunya pada perang Uhud, Hudaibiyah, Khaibar, Umratul Qadha, Hunain, dan Yamamah.

Mengenai perang Uhud ia bercerita, “Aku membawa sekantong air penuh, dan berjalan di medan Uhud untuk melihat keadaan pasukan kaum muslimin, jika ada orang yang terluka atau kehausan, maka akau akan memberinya minum.” Saat itu usianya 43 tahun. Suami dan kedua anak laki-lakinya ikut dalam perang tersebut.

Ummu Umarah r.ha berkata, “Sebenarnya kaum Muslimin telah mendapat kemenangan dalam perang Uhud. Ketika tampak kemenangan atas orang-orang kafir, aku sedang berada di dekat Rasulullah SAW. Jika ada orang kafir yang mendekati Rasulullah SAW maka aku segera melawannya.”

Pada mulanya, Ummu Umarah r.ha tidak memiliki tameng untuk menahan serangan orang-orang kafir. Namun, akhirnya ia mendapatkan tameng itu. Di punggungnya senantiasa ada sehelai kain terikat yang berisi kain-kain perban. Jika ada yang terluka, ia segera mengeluarkan perban, lalu dibakar dan ditaburkan ke atas luka tersebut.

Ummu Amarah r.ha sendiri mendapatkan banyak luka di tubuhnya, kurang lebih ada 12 atau 13 luka. Ada satu lukanya yang sangat parah, kawannya Ummu Sa’id r.ha melihat luka tersebut di pundaknya. Ummu Sa’id r.ha berkata, “Mengapa engkau terluka sedemikian parah seperti ini?”

Maka, ia menceritakan kepada Ummu Sa’id bahwa lukanya didapat sewaktu perang Uhud. Orang-orang ke sana kemari karena keadaan begitu kacau. Ia mendengar Ibnu Qamiyah sedang mencari Rasulullah SAW. Dalam benaknya, jika sampai Ibnu Qamiyah menemukan Rasulullah SAW, maka celakalah dirinya. Oleh sebab itu, Mus’ab bin Umair dan beberapa sahabat termasuk dirinya segera menyerang Ibnu Qamiyah. Hingga tangan Ummu Umarah r.ha terluka.

“Aku terus melawannya, tetapi karena ia mengenakan baju besi rangkap dua, maka serangan kami terhenti. Sedangkan lukaku itu sangat dalam, walaupun telah diobati selama setahun, belum juga sembuh hingga kini,” ujar Ummu Amarah.

Pada perang Uhud, orang-orang bertempur dengan menunggang kuda, sedangkan dirinya berjalan. “Jika mereka berjalan kaki seperti kami, tentu mereka akan tahu siapa sebenarnya kami, mereka akan mengetahui pertempuran yang sebenarnya.”

Ketika musuh dengan kudanya datang menyerang, ia hanya bertahan dengan tameng. Saat musuh berbalik, ia langsung menebas kaki kudanya, sehingga keduanya terjatuh. Ketika Rasulullah melihat hal tersebut, beliau memberitahu anak Ummu Umarah r.ha untuk membantunya.  Setelah anaknya datang, mereka membunuh musuh tersebut.

uatu ketika anaknya, Abdullah bin Zaid ra, terluka di bagian tangan dan mengucurkan darah. Rasulullah SAW bersabda, “Balutlah lukamu dengan perban!” Lalu ibunnya, Ummu Umarah datang dan mengeluarkan selembar kain dari ikatan punggunngya dan dibalutkan ke lukanya. Ummu Umarah berkata pada anaknya, “Pergilah dan bertempurlah lagi melawan orang-orang kafir itu!”

Melihat kejadian itu Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Ummu Umarah, engkau begitu bersemangat. Siapakah yang memiliki semangat seperti ini?” Pada saat itu, Rasulullah SAW terus mendoakannya dan memuji kehebatannya. Kemudian ada seorang kafir lewat di depan Ummu Umarah, Rasulullah SAW berkata, “Dialah yang telah melukai anakmu.”

Maka, Ummu Umarah langsung menyerangnya hingga mengenai betisnya. Orang kafir terluka dan langsung terjatuh. Rasulullahh SAW tersenyum dan berkata, “Sudah terbalas luka anakmu.”

Ketika lukanya masih belum sembuh, Rasulullah SAW menyeru kepada sahabat untuk menyertai perang Hamra’ul-Asad. Ummu Umarah r.ha pun menyambut seruan tersebut, namun karena pendarahan lukanya sangat parah, ia tidak dapat mengikutinya.

Sekembalinya Rasulullah SAW dari Hamra’ul Asa, Ummu Umarah yang pertama kali ditanyakan keadaannya oleh Nabi SAW. Ketika diketahui bahwa Ummu Umarah r.ha dalam keadaan sehat, beliau sangat senang.

Selain dalam perang Uhud, ia juga telah banyak menyertai peperangan yang lainnya. Sepeninggal Rasulullah SAW ketika banyak orang yang murtad, terjadilah perang Yamamah. Ummu Umarah juga menyertai perang tersebut. Dalam pertempuran itu, sebelah tangannya terpotong dan terdapat sebelas luka di tubuhnya. Dalam keadaan penuh luka seperti itulah ia tiba di Madinah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement