REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Keberagamam yang begitu besar terutama pada aspek agama, suku, bahkan pendapat, sangat berkaitan erat dengan Indonesia. Selain memberikan nilai lebih atas kebhinekaan di negeri ini, keberagaman juga bisa dianggap sebagai tantangan tersendiri bagi sejumlah media Islam.
Pemimpin Redaksi Harian Republika Irfan Junaidi mengungkapkan, sejumlah fenomena di lapangan yang menjadi tantangan bagi media Muslim berdiri di Indonesia. Hal ini lebih tepatnya pada keberagaman organisasi masyarakat terutama agama yang ada di Indonesia. "Jujur ini jadi kesulitan besar di mana kita harus berdiri berada di tengah-tengahnya Islam karena tengah-tengahnya Islam itu di mana sebenarnya itu sulit ditemukan," ujar Irfanpada kegiatanAnnual International Conference on Islam and Civilization (AICIC) di UMM Malang, Jumat (17/11).
Irfan menilai, situasi ini jelas harus membuat media Muslim mampu menerjemahkan hal yang memiliki tingkat kesulitan tinggi itu. Terlebih lagi, tingkat keterbukaan untuk berbeda pendapat masih kurang di Indonesia. Mereka masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri tanpa ingin membuka diri untuk lainnya.
Irfan mencontohkan satu peristiwa di mana media harus bisa memberikan wadah untuk semua kalangan Muslim. Namun di sisi lain, terdapat suatu kalangan yang mengeluh apabila medianya memberitakan pihak lain. "Kita pernah coba buka diri untuk memberitakan tragedi Syiah di Madura dan itu kita dapat serangan kalau kita membela Syiah. Dan saat kita memberikan Sunni misalnya, orang Syiah nanti pada teriak mengapa tidak memberi tempat untuk mereka," tegasnya.
Melihat kondisi ini, Irfan menilai, umat Muslim Indonesia sepertinya belum terbiasa memberi tempat untuk mendengarkan pendapat orang lain. Islam yang seharusnya besar jika dilihat dari jumlahnya menjadi tak terasa karena hal ini. Umat Islam perlu membuka diri dari ruang masing-masing agar menyadari betapa besar Islam sebenarnya. Oleh sebab itu, pihaknya akan selalu berusaha keras untuk mampu merangkul semua kalangan Muslim di Indonesia.
Selain itu, fakta Muslim dengan jumlahnya yang besar di Indonesia seharusnya bisa menjadi kekuatan hebat untuk bangsa maupun dunia. Namun sayangnya fakta jumlah ini tak sesuai dengan prestasi nyata di lapangan. "Seperti profesor Muslim misalnya, Pak Mun'im Sirri hanya satu dari banyak Professor Muslim yang ada. Kita banyak, tapi banyaknya itu apakah itu sudah dirangkai menjadi kekuatan untuk menjadikan Islam besar? Dan saya rasa itu belum," tambah dia.